Melestarikan Tradisi Nyadran untuk Memperkokoh Relasi Damai

Melestarikan Tradisi Nyadran untuk Memperkokoh Relasi Damai

Temanggung  – Menjelang Ramadhan, tradisi Nyadran mulai dilakukan oleh masyarakat Jawa. Tidak hanya Muslim, namun juga non Muslim. Nyadran atau Sadranan merupakan ritual untuk mendoakan para leluhur yang sudah mendahuluinya dan mengingat perjuangan yang sudah dilakukan.  Selain itu, juga merupakan ucapan rasa Syukur kepada Yang Maha Kuasa atas segala karunia yang diberikan

Tidak terkecuali, Dusun Krecek dan Gletuk, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, pun ikut melaksanakan Nyadran. Agenda tersebut telah menjadi agenda tahunan yang selalu dinantikan oleh masyarakat. Tradisi ini bukan sekadar agenda bersih-bersih makam dan makan bersama. Nyadran yang berskala besar adalah Nyadran kuburan, ritual doa kepada leluhur di pemakanan bersejarah dimana nenek moyang warga disemayamkan.

Ada sejumlah proses yang dilakukan seperti bebersih, pasang sesajen, puja, dan ritual doa lintas iman.  Agenda Nyadran menjadi sangat bermakna bagi warga Dusun Krecek dan dusun Gletuk serta masyarakat sekitar. Di mana mereka yang berdiaspora di berbagai kota, dipastikan akan pulang pada saat Nyadran. Event tahunan ini juga dijadikan ajang untuk saling bertemu para diaspora. Bahkan penduduk setempat merasa bahwa Nyadran menjadi sebuah peringatan besar yang wajib diikuti semua warga.

Keragaman dalam nyadran tercerminkan dalam seluruh upacara Nyadran, dimana doa-doa yang dikumandangkan mewakili sejumlah agama yang ada. Dari sisi makanan yang disuguhkan dalam pesta Nyadran tercermin keragaman luar biasa. Menurut Koordinator Wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta, Maskur Hasan, nyadran merupakan ritual kampung yang paling besar melakukan mobilisasi warga dusun untuk berpartisipasi dalam konteks kehadiran dan juga makanan.

”Serta mendorong partisipasi perempuan, kelompok muda dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat setempat,” terang Maskur, Rabu (10 Januari 2024).

Diungkap oleh Maskur, adanya peningkatan partisipasi perempuan dalam Nyadran dalam kurun waktu 6 tahun terakhir. Kondisi tersebut, memberikan kesempatan lebih banyak kepada perempuan untuk mengakses informasi-informasi penting tentang nilai-nilai nyadran, seputar kampungnya tanpa khawatir ada distorsi informasi. Ritual nyadran mengharuskan generasi muda juga terlibat di dalamnya, sehingga transfer pengetahuan lintas generasi terjadi dengan baik.

”Hal tersebut membuat praktek gotong royong di dusun Krecek menguat dan bangunan kohesi sosial kokoh, sehingga kerukunan antar keluarga terjaga meskipun berbeda agama maupun etnik atau status sosial,” terangnya.

Inovasi Nyadran Menjadi Nyadran Perdamaian

Sejak tahun 2019, AMAN Indonesia, Sekolah Perempuan Catur Manunggal, Budhhazine dan Masyarakat Krecek dan Gletuk melakukan inovasi dengan mengadakan rangkaian Nyadran yang disebut Nyadran Perdamaian. Inovasi ini dilakukan untuk menjawab tantangan bagaimana generasi muda dapat menangkap pesan kerukunan dan perdamaian dalam tradisi nyadran. Nyadran Perdamaian telah meningkat seiring berjalannya waktu. Hal ini tidak hanya membantu menjaga tradisi, tetapi juga meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat setempat.

Dengan menjadi Nyadran Perdamaian, hal ini merupakan bentuk upaya untuk mendorong partisipasi perempuan dalam kegiatan-kegiatan publik. Perempuan tidak lagi hanya memasak makanan untuk dibawa makan bersama. Bahkan, perempuan menjadi ketua panitia Nyadran Perdamaian pada 2023,” terangnya.

Hal ini ditandai sejak 2019, ketika ada inovasi Nyadran menjadi Nyadran Perdamaian. Transformasi ini melibatkan banyak kalangan, tua, muda, bahkan anak-anak, laki-laki hingga perempuan yang tak lagi terlewat. Keterlibatan mereka menjadi lebih bermakna.  Selain mengukuhkan partisipasi perempuan, Nyadran perdamaian juga membuka ruang partisipasi pemuda.

Sebagian besar panitia dalam persiapan Nyadran Perdamaian tahun 2019 adalah mereka yang masih muda, muda dalam hal ini bukan berarti mereka yang belum menikah saja. ”Melibatkan orang-orang muda menjadi hal baik dalam rangka transfer pengetahuan mengenai tradisi, kearifan lokal, dan kebudayaan untuk dihidupi dan dilestarikan mengingat demografi dusun Krecek yang memiliki modalitas dimana tidak banyak penduduk asli yang merantau,” ungkapnya.

Inovasi Nyadran menjadi Nyadran Perdamaian yang melibatkan seluruh unsur masyarakat Krecek tak terkecuali perempuan, memperluas ruang keterlibatan perempuan tidak hanya forum formal, tapi juga forum-forum yang bernuansa budaya lokal. Meningkatnya partisipasi perempuan membuka harapan baru bagi keterlibatan perempuan yang lebih luas dalam pembangunan. ”Kehadiran perempuan dalam Nyadran Perdamaian juga mendorong sejumlah perubahan positif pada perempuan Krecek,” tegasnya.

Merawat Tradisi Lokal dan Perdamaian

Di tempat yang sama, Tokoh Perempuan Dusun Krecek, Kirmi mengungkapkan Nyadran Perdamaian ini memiliki nilai-nilai kerukunan, perdamaian, gotong royong, solidaritas, dan keberlanjutan. Sebab, dalam Nyadran Perdamaian terdapat ruang-ruang perjumpaan bagi masyarakat dengan latar belakang berbeda baik agama, suku, ras, dan golongan. Sehingga, untuk menjaga nilai tersebut tetap ada, maka Nyadran Perdamaian perlu terus rawat dan dilestarikan.

Dalam tradisi Nyadran Perdamaian, terdapat agenda live-in yang mana ada banyak generasi muda yang ikut.  ”Dengan begitu, terdapat transfer pengetahuan tentang nilai dan prinsip tradisi nyadran kepada generasi mendatang. Serta menginformasikan kepada masyarakat luas bahwa budaya Nyadran memiliki nilai dan filosofi kehidupan yang damai,” terangnya.

Dalam agenda Nyadran Perdamaian, menjadi contoh bagaimana tradisi lokal dapat dilestarikan dan dikembangkan dengan tetap mempertahankan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Tradisi ini juga menjadi bukti bahwa kerukunan dan perdamaian dapat diwujudkan melalui kegiatan-kegiatan sederhana yang melibatkan seluruh elemen masyarakat.

Kembali Digelar Nyadran Perdamaian

Pada 2024, Nyadran Perdamaian kembali digelar pada Rabu-Jumat, 10-12 Januari 2024. Dalam agenda, terdapat sejumlah rangkaian kelas-kelas yang bisa diikuti. Seperti, Kelas Sesaji, Kelas Meditasi, Kelas Perempuan Bertutur hingga jelajah alam. ”Ini menjadi bagian inovasi yang dilakukan dalam agenda Nyadran, agar generasi muda dan anak-anak bisa mengetahui sejumlah budaya lokal yang ada,” pungkas Kirmi.

 

Nyadran Perdamaian 2024

#Merawat Tradisi Lintas Generasi

 

Narahubung

Maskur Hasan : +62 815-7876-2673

Kirmi : +62 821-3340-0212

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.