Kontraterorisme, AMAN Indonesia Gelar Workshop Pra-Kursus Singkat tentang Pendekatan Keamanan Gender-Sensitif

Jakarta- Asian Muslim Action Network (AMAN) Indonesia menggelar Workshop Pra-Kursus Singkat Regional tentang Pendekatan Keamanan Gender-sensitif dan Manusia terhadap Kontraterorisme untuk Pembangun Perdamaian Muda dan Praktisi PVE, Kamis (28 Desember 2023). Agenda yang diselenggarakan secara virtual ini diikuti oleh 21 peserta dari Bangladesh, India, Nepal, Sri Lanka, Malaysia, Thailand, dan Singapura.

Tujuan dari workshop ini adalah untuk menguji coba modul tentang penguatan strategi kontraterorisme yang peka terhadap gender dengan Women, Peace and Security (WPS). Workshop ini juga menjadi wadah untuk berbagi pengetahuan antarpeserta dan mengumpulkan umpan balik terhadap kurikulum yang disiapkan oleh Ruby Kholifah dari AMAN Indonesia dan Dr. Amporn dari Universitas Thammasat.

Selama tiga jam interaktif, peserta aktif terlibat dalam diskusi dan berbagi pengalaman, fokus pada integrasi prinsip-prinsip WPS ke dalam strategi kontraterorisme. Sesi ini berputar di sekitar peninjauan kurikulum, dan peserta menekankan perlunya memasukkan prinsip-prinsip WPS untuk pendekatan kontraterorisme yang lebih efektif.

“Workshop ini sangat penting untuk meningkatkan pemahaman kita tentang bagaimana gender dapat memainkan peran dalam kontraterorisme. Prinsip-prinsip WPS dapat membantu kita untuk mengembangkan strategi kontraterorisme yang lebih inklusif dan efektif,” kata Direktur AMAN Indonesia, Ruby Kholifah.

Peserta juga menekankan pentingnya kerja sama dan berbagi pengetahuan yang berkelanjutan di antara pemangku kepentingan untuk mendukung langkah-langkah kontraterorisme yang efektif. Umpan balik tentang modul dan uji coba yang dikumpulkan dalam workshop ini akan digunakan untuk kursus singkat regional yang akan datang di Bangkok yang diselenggarakan oleh AMAN dan Universitas Thammasat dengan topik yang sama.

Workshop dimulai dengan video yang memperlihatkan peran signifikan perempuan Indonesia dalam penyelesaian konflik, diikuti oleh pidato pembukaan fasilitator yang menekankan kebutuhan keterlibatan perempuan dalam proses pengambilan keputusan terkait konflik dan perdamaian. Tujuannya adalah untuk menyoroti peran perempuan dalam pemeliharaan perdamaian melalui agenda WPS dan menetapkan panggung untuk diskusi dan kegiatan sepanjang workshop.

Pada sesi pertama, peserta terlibat dalam diskusi terstruktur, berbagi pengalaman pribadi terkait Women, Peace, and Security (WPS). Perspektif beragam disajikan oleh individu dari Indonesia dan Somalia, menyoroti peran berkembang dan tantangan yang dihadapi dalam penyelesaian konflik dan pembangunan perdamaian. 

Dilanjutkan dengan sesi kedua. Dengan menggunakan platform Mentimeter, peserta membahas integrasi kebijakan WPS di Asia Selatan dan Asia Tenggara. Pandangan bervariasi dari tantangan integrasi kebijakan di Indonesia hingga perlunya meningkatkan kebijakan ke tingkat provinsi.

Untuk sesi ketiga, film dokumenter ”Pray the Devil Back to Hell”  dan berdiskusi mendalam tentang konten film, merenungkan semangat, komitmen, dan ketangguhan perempuan yang digambarkan dalam gerakan perdamaian. Sementara itu, diskusi sesi keempat berpusat pada studi kasus dari Pakistan, Tunisia, Turki, dan Nigeria, mengeksplorasi integrasi demokrasi dan hak asasi manusia ke dalam ranah WPS. 

Pada sesi kelima, fokusnya adalah memahami Rekomendasi Umum 30 (GR 30) CEDAW sebagai mekanisme akuntabilitas untuk Resolusi 1325 dan menekankan contoh kasus yang spesifik konteks dan keterlibatan masyarakat sipil dalam pelaporan pemerintah. Terakhir, sesi keenam menjelajahi Rencana Tindakan Regional ASEAN tentang Perempuan, Perdamaian, dan Keamanan, dengan tujuan untuk memperluas pemahaman di luar ancaman tradisional. 

Dalam agenda tersebut, hadir salah expert yang hadir, Irine Gayatri yang juga sebagai penelitin BRIN. Dalam kesempatan tersebut, memberikan empat masukan untuk materi yang perlu ada. Pertama, memastikan ringkasan dari ide-ide penting, hal ini akan membantu peserta untuk mengingat materi yang telah disampaikan. Kedua, menjelaskan tujuan dari pengembangan materi. Hal ini akan membantu peserta untuk memahami relevansi materi dengan kebutuhan mereka.

”Hal ketiga, menggunakan bahan bacaan singkat yang dibagi dalam kotak-kotak. Hal ini akan membuat materi lebih mudah dibaca dan dipahami. Keempat,memberikan ilustrasi dari materi yang disampaikan. Hal ini akan membantu peserta untuk memahami materi secara lebih konkret,” pungkasnya. 

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.