11 Orang Perempuan Perwakilan Agama Ikuti RSD di Bandung

The Asian Muslim Action Network (AMAN) Indonesia bersama dengan Alumni training Community Resilience telah menggelar  Reflective Structure Dialogue (RSD) di Hotel California, Bandung, Jumat (31 Maret 2023). Terdapat 11 orang perwakilan dari berbagai organisasi dan agama yang berbeda. Termasuk dari  Penghayat, Syiah, Hindu, Kristen, Persis, Baha’i, Jemaat Ahmadiyah,dan Nahdatul Ulama (NU). Tema RSD yang digelar mengangkat Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (KBB).

Dalam agenda tersebut tersebut, terdapat tiga narasi yang perdamaian yang diyakini oleh peserta selama proses dialog. Pertama, tentang memaafkan pelaku. Proses memaafkan orang lain dan tidak membalas dengan kejahatan atas hal yang dilakukan oleh pelaku. Kedua, tentang keberagaman. Di mana dalam keberagaman terdapat kehangatan untuk menjalin persaudaraan. Ketiga, tentang berketuhanan. Yakni, Tuhan telah memberi kebebasan kepada manusia untuk memilih dan manusia tidak perlu memaksakan kehendaknya.

Salah satu peserta RSD di Bandung, Euis menjelaskan tentang kondisi sanak-saudaranya sangat prihatin terkait konflik keberagaman yang pernah dialami di Lombok. Sanak-saudaranya mengalami  kekerasan dan merampai harta bendanya dijarah sehingga jatuh miskin. ”Mereka keluar dari rumahnya untuk menyelamatkan diri beserta tiga orang anaknya. Yang tadinya kaya raya sekarang jatuh miskin. Akibat penyerangan terhadap kelompok minoritas,” ungkapnya.

Di saat yang bersamaan, salah satu fasilitator RSD, An-an Yulianti menjelaskan jika peserta merasa tertarik dengan teknik RSD ini, sehingga semua merasa perlu untuk terus mengasah keterampilan dialog dengan menggunakan RSD. ”Para peserta akan mencoba menerapkan dikelompoknya, terutama untuk menggali informasi tanpa adanya pertentangan ataupun perdebatan,” ungkapnya, belum lama ini.

Dalam kesempatan tersebut, para peserta dan fasilitator sepakat jika para peserta perlu diikat dengan adanya organisasi perempuan yang bergerak pada lintas iman, kebebasan beragama dan berkeyakinan. ”Hal terakhir yang dirasakan, semua bangga menjadi bagian dari proses dialog ini, karena mereka semua baru mengetahui mengenai teknik ini. Dialog yang dilakukan sangat tenang, kalem, adem sehingga waktu pun tidak teras. Proses ini santai tapi serius dan semua bisa melaksanakannya dengan baik,” pungkasnya.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.