Pokja Tematis dan Sekber RAN PE Gelar Koordinasi Bersama

Kolabarasi dan keterlibatan antara masyarakat sipil dalam Sekretariat Bersama (Sekber) RAN PE menjadi praktik baik dalam pelaksanaan Rancangan Aksi Nasional Penanggulangan Ekstremisme Kekerasan (RAN PE) 2022. Masyarakat sipil yang tergabung dalam Kelompok Kerja (Pokja) Tematis tersebut mengukuhkan masih adanya ruang sipil di Indonesia. Serta menjadi contoh baik tentang keterlibatan masyarakat sipil yang formal dalam sistem negara demokratis.

Beberapa waktu lalu, Sekretariat Bersama (Sekber) RAN PE menggelar koordinasi dengan Pokja Tematis. Agenda ini merupakan rapat koordinasi pertama di tahun 2023 untuk memberikan update dalam  pelaksanaan RAN PE 2022 dan tindak lanjut untuk tahun selanjutnya. Agenda tersebut dihadiri oleh 17 organisasi masyarakat sipil yang berasal dari tujuh bidang Pokja Tematis.

Pokja Tematis berusaha menyuguhkan sejumlah perkembangan positif  dalam pelaksaan Perpres No. 7 tahun 2021 tentang RAN PE. Bahkan, Pokja Tematis melakukan penguatan gender mainstreaming terjadi di produk delegasi Perpres tersebut. Dalam laporan yang telah dibuat, masyarakat sipil menggelar 97 program dari 25 organisasi yang tergabung dalam Pokja Tematis selama 2022. Pekerjaan itu tersebar di 17 provinsi, dengan lima provinsi terpopuler yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Tengah, Banten.

Pada bagian membaca tren terorisme di Indonesia, masyarakat sipil menyoroti jika perkembangan terorisme yang menguat di sejumlah wilayah yang sebelumnya tidak pernah menjadi target terorisme. Termasuk dinamika keterlibatan perempuan dan anak yang masih menjadi trend terorisme Indonesia ke depan. Menurut PAKAR, terdapat dua hal penting dalam pergeseran tren terorisme di Indonesia.

Pertama, terdapat sejumlah pergeseran kelompok islamis yang mengarah pada extremist dan kelompok yang extremist mengarah pada ormas Islam biasa. Sejumlah organisasi yang tidak dikategorikan extrem mengadopsi cara-cara berdakwa yang extrem. Sebaliknya, kelompok-kelompok yang berafiliasi jelas dengan extremisme, menunjukkan perubahan yang kuat pada cara-cara memenangkan pikiran dan hati publik yaitu melalui program pemberdayaan dan peduli lingkungan.

Kedua, kondisi geopolitik dengan kemenangan taliban di Afghanistan, sangat mungkin menginspirasi kelompok-kelompok jihadis dan membuka pintu jaringan indonesia ke Afghanistan. Ini akan menjadi atraksi kuat bagi kaum extremist.  Ketua Pokja Tematis, Ruby Kholifah menjelaskan, berbagai perkembangan ekstremisme ini, mendorong masyarakat sipil untuk melakukan sejumlah manuver penting agar keterlibatan bermakna CSO dalam mempengaruhi kebijakan yang lebih peaceful terjadi.

Hadirnya Pokja Tematis merupakan upaya keras CSO Indonesia untuk membuka ruang sipil agar pelaksanaan kebijakan RAN PE dijalankan dengan proses yang inklusif , transparan dan akuntable,” ungkapnya dalam agenda koordinasi Sekber RAN PE dengan Pokja Tematis di Jakarta, Jumat (10 Februari 2023).

Dalam kesempatan tersebut hadir pula Direktur Kerjsasama Regional dan Multilateral BNPT Zaim Nasution. Menurutnya, Ketua Pokja RAN PE menyampaikan apresiasi dan penghargaan atas kontribusi yang telah disampaikan dan dilakukan oleh Pokja dan SekBer dalam implementasi RAN PE. ”Secara khusus, ucapan terimakasih dan apresiasi disampaikan kepada Pokja Tematis. Apa yang telah dilakukan oleh Pokja Tematis berkontribusi dan mendukungan pada pencapaian implementasi RAN PE,” terangnya.

Dirinya juga menegaskan jika kolaborasi pemerintah dan OMS ini merupakan praktik baik dalam mewujudkan pendekatan holistik whole government and whole civil society approach. ”Ketua Pokja berharap bahwa di samping capaian yang ada, forum juga dapat membahas langkah-langkah strategis mengatasi hambatan dan tantangan tahun sebelumnya, serta memguatkan sinergitas di antara Pokja untuk pelaksanaan RAN PE 2023 yang lebih baik,” pungkasnya.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.