Ulama Perempuan KUPI Gaungkan Narasi Keadilan Gender di Forum Global CSW 69 di Amerika Serikat

Delegasi perempuan Indonesia turut berkontribusi aktif dalam forum internasional Commission on the Status of Women (CSW) ke-69 yang berlangsung di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa, New York pada 10-20 Maret 2025. 

Hadir dalam forum ini Ruby Kholifah, Country Representative AMAN Indonesia dan Nur Rofiah, Ulama Perempuan KUPI sekaligus dosen Pascasarjana Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an (PTIQ) Jakarta. Melalui berbagai diskusi panel, side event, dan pertemuan bilateral, mereka membagikan praktik baik KUPI, metodologi yang digunakan, konsep keadilan hakiki, serta kerja-kerja KUPI dalam perlindungan perempuan dari kekerasan, dan penguatan peran ulama perempuan dalam membangun perdamaian dan transformasi sosial.

Dalam forum pembuka, delegasi Indonesia yang tergabung dalam jaringan JISRA (Joint Initiative for Strategic Religious Action) menggelar sesi buka puasa bersama di kantor Tzu Chi New York. Sesi ini tidak hanya menjadi ajang konsolidasi internal, tetapi juga menyuarakan keprihatinan terhadap minimnya pengakuan atas peran aktor agama dalam perjuangan hak-hak perempuan. Padahal, sejak Konferensi Dunia Perempuan ke-4 di Beijing tahun 1995, kontribusi aktor agama sudah sangat signifikan dalam menyusun kerangka kerja global yang responsif gender.

Salah satu momen penting terjadi dalam diskusi bertajuk “We Are Not Asking for a Seat at the Table, We Are Rebuilding the Table” yang diselenggarakan oleh UNDP, JISRA, dan Pemerintah Somalia. Dalam forum ini, Ruby Kholifah dari AMAN Indonesia menegaskan bahwa aktor agama perempuan tidak hanya menuntut ruang, tapi membangun kerangka baru dalam tafsir dan aksi sosial. Para perempuan dari Kenya, Nigeria, Pakistan, Mesir, Ethiopia, dan Indonesia membagikan pengalaman nyata mereka dalam mendampingi korban kekerasan, menyelamatkan remaja dari kekerasan geng, hingga mengadvokasi kebijakan berbasis nilai keadilan.

Kontribusi Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) menjadi salah satu sorotan utama. Narasi yang dikembangkan oleh KUPI dalam menolak praktik pemotongan genital perempuan (FGM) tidak hanya berpijak pada argumen medis, tetapi juga pada pengetahuan keislaman yang menempatkan pengalaman perempuan sebagai sumber otoritatif. Di forum Ending Female Genital Mutilation, KUPI memperkenalkan istilah “Pelukaan dan Pemotongan Genitalia Perempuan (P2GP)” sebagai alternatif bahasa yang lebih jelas dan kontekstual untuk menyampaikan penolakan terhadap praktik tersebut di Indonesia.

Di tengah maraknya krisis iklim dan masalah kesehatan mental, suara perempuan Indonesia juga hadir dalam diskusi yang membahas kesehatan mental perempuan dan trauma lintas generasi di wilayah konflik. Ruby Kholifah menyoroti pentingnya melihat kesehatan mental sebagai bagian dari agenda perdamaian, termasuk menjamin perlindungan bagi penyintas kekerasan seksual di masa konflik. Sementara itu, forum lain membahas pentingnya penggunaan bahasa “krisis iklim” ketimbang “perubahan iklim” untuk mendorong kesadaran dan tindakan kolektif yang lebih serius.

Pada tanggal 17 Maret, dalam side event yang didukung oleh Pemerintah Indonesia dan JISRA, para narasumber perempuan dari Indonesia, Nigeria, dan Mali mempresentasikan bagaimana nilai-nilai agama dapat menjadi kekuatan transformatif. Nur Rofiah dari KUPI menekankan bahwa pengalaman biologis dan sosial perempuan harus menjadi fondasi dalam menafsirkan teks agama, terutama dalam isu-isu yang selama ini diabaikan atau bahkan dijustifikasi oleh tafsir patriarkal.

Perjalanan delegasi Indonesia dilanjutkan ke Washington DC pada 18–20 Maret untuk menghadiri roundtable discussion bersama organisasi internasional seperti United States Institute of Peace (USIP), ICSVE, dan State Department. Di forum ini, Ruby Kholifah memaparkan keberhasilan dialog reflektif dalam meredakan ketegangan antara dua organisasi besar di Indonesia dan dalam mendukung reintegrasi mantan pelaku kekerasan ekstrem. Nur Rofiah menutup sesi tersebut dengan penegasan bahwa Islam, jika ditafsirkan secara adil, akan selalu berpihak pada perempuan.

Beberapa pertemuan bilateral juga menjadi bagian dari agenda penting, di antaranya dengan Peacemaker Award dan Muslim Progressive Values yang membahas potensi tur KUPI ke Eropa dan Amerika. Upaya ini bertujuan untuk menyebarluaskan narasi keislaman progresif yang telah dibangun di Indonesia kepada komunitas global.

Keikutsertaan ulama perempuan Indonesia dalam CSW 69 tidak hanya memperluas jejaring global, tetapi juga menegaskan bahwa suara perempuan berbasis iman tidak bisa lagi dipinggirkan. Mereka telah membuktikan, baik melalui fatwa, pendampingan komunitas, maupun narasi tafsir, bahwa keadilan gender dan keadilan sosial bisa diperjuangkan dari akar spiritualitas dan pengalaman perempuan itu sendiri.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *