Bandung, kota kedua penyelenggaraan Lokalatih Kapasitas OMS untuk Pemajuan Agenda WPS di Indonesia pada 26-27 Mei 2025. Dihadiri oleh 26 peserta dari 25 OMS di Bandung dan sekitarnya, lokalatih ini juga bertujuan meningkatkan pemahaman dan keterampilan OMS yang berfokus pada isu perempuan tentang kerangka berpikir perempuan, perdamaian dan keamanan (women, peace and security/WPS) dalam pencegahan konflik.
Lokalatih ini dirancang untuk memperkuat pemahaman peserta terhadap berbagai instrumen global yang berkaitan dengan pemberdayaan dan perlindungan perempuan serta anak dalam situasi konflik sosial. Selain memberikan pemahaman konseptual, kegiatan ini juga mendorong penguatan koordinasi dan jejaring antara kelompok perempuan, OMS, dan pemangku kepentingan lainnya dalam mendukung implementasi Agenda WPS di Indonesia.
“Sebagai representasi kelompok difabel, pelatihan ini mempertajam pemahaman saya terkait lensa gender dalam isu perempuan bahwa penting melihat perempuan bukan sebagai entitas tunggal. Perspektif interseksionalitas ini menjadi pembelajaran baru bagi saya,” ujar Ulya Aufiya, peserta dari Yayasan Inklusi Nusantara memahami konsep dasar WPS.
“Women’s Rights is Human Rights” yang ditegaskan oleh Hillary Clinton saat Beijing Platform for Action di tahun 1995 juga menjadi salah satu pengetahuan baru yang dipahami peserta. Mengingatkan pentingnya partisipasi perempuan dalam pencegahan konflik, resolusi konflik dan recovery, termasuk partisipasi politik, serta mengakui agensi perempuan melalui keberadaan women peacebuilders juga menjadi konsep dasar WPS yang penting dipahami.
Tak hanya teori, peserta juga mempraktikkan analisis konflik menggunakan alat three boxes analysis untuk mengidentifikasi akar konflik, aktor-aktor kunci, serta pendorong dan penghambat perdamaian. Seluruh rangkaian pelatihan menggunakan pendekatan Reflective Structured Dialogue (RSD), yang mendorong refleksi kritis dan keterhubungan antar peserta dalam melihat relevansi kerja-kerja OMS dengan kerangka WPS.
“Kami melihat urgensi untuk hadir di berbagai wilayah karena isu kekerasan terhadap perempuan kini melebar ke ranah-ranah baru seperti keamanan digital, migrasi, ekstremisme kekerasan, dan krisis iklim. Melalui lokalatih ini, kami mendorong OMS agar mengintegrasikan kerangka WPS ke dalam program dan advokasi lembaganya,” tegas Ruby Kholifah, Country Representative AMAN Indonesia.