Jakarta – The Asian Muslim Action Network (AMAN) Indonesia menginisiasi gerakan filantropi perdamaian. Hal tersebut dilatarbelakangi untuk memobilisasi kedermawanan dalam pengembangan dan inovasi perdamaian serta terobosan dalam pemberdayaan. AMAN mengawali inisiatif ini melalui sebuah studi filantropi di Indonesia yang kemudian dibahas dalam sebuah lokakarya filantropi AMAN Indonesia di Jakarta, 26-27 Maret 2023.
Berdasarkan riset yang dilakukan tim Hamid Abidin, mayoritas masih diarahkan pada program charity dan mendukung ekonomi. Sangat sedikit dana yang digunakan untuk mendukung perempuan dan perdamaian. Hal ini yang menjadi semangat AMAN Indonesia untuk mengkampanyekan dan menggalang sumber daya dalam mendukung perdamaian, seperti yang disampaikan oleh Direktur AMAN Indonesia, Dwi Rubiyanti Kholifah dan Board AMAN Indonesia, Yuniyanti Chuzaifah.
Workshop ini dilaksanakan dalam dua hari membahas sejumlah hal-hal penting. Pada hari pertama membahas dukungan terhadap pembangunan perdamaian dan hal tersebut menjadi ciri khas AMAN Indonesia untuk mengembangkan Filantropi. Direktur AMAN Indonesia menegaskan Filantropi AMAN diharapkan bisa memiliki idealisme yang tinggi terkait inklusivitas dan perdamaian.
”Tidak hanya memiliki tujuan berupa kuantitas sumberdaya, namun bisa mengkampanyekan kesadaran baru, khususnya mengenai penafsiran asnaf/kelompok penerima zakat. Maka, muncul pula usulan agar bisa menggandeng KUPI dalam gerakan filantropi AMAN,” terangnya.
Menurut Ruby, AMAN bisa mengampanyekan model filantropi yang baru dengan strategi charity atau fundraising populer saat ini. Dengan sejumlah strategi yaitu menggandeng anak muda, buy to donate, yoga to donate, run to donate dan lainnya.
Selain itu, AMAN Indonesia mengambil cerita praktik dari Dompet Dhuafa, Lazismu, IKa, serta STF dalam menjalankan program yang bernuansa perdamaian dan inklusivitas. Dompet Dhuafa pernah menginisiasi zakat untuk transgender, dan program donasi bersama ARMY (fanbase dari BTS). Lazismu memiliki ambulans dan program untuk anak korban konflik politik (PKI). IKa pernah bekerja sama dengan Komnas Perempuan dalam rangka donasi, trauma healing dan memorialisasi sejarah 65 & 98 melalui membuat boneka. STF menginisiasi beasiswa perdamaian serta riset dalam mendukung filantropi yang inklusif.
Pada hal kedua agenda pembahasan mengenai tujuan fundraising AMAN, analisis SWOT AMAN untuk membangun filantropi, serta strategi filantropi AMAN. Dalam diskusi, tim merumuskan tujuan fundraising AMAN sebagai sarana membumikan filantropi perdamaian, mendorong inklusivitas, mempraktikkan filantropi perdamaian, serta mendukung kemandirian lembaga nantinya.
Diungkap oleh Ruby, AMAN diidentifikasi memiliki kekuatan untuk membangun filantropi. AMAN juga terbukti menjadi expert di bidang WPS. Dalam diskusi hari kedua juga terdapat peluang-peluang lainnya dalam melakukan Filantropi dengan mengindentifikasi peluang berupa donasi aset digital seperti crypto, keuntungan Youtube, serta akun komersial. Rasa optimis semakin menguat saat identitas dan workplan untuk filantropi AMAN disusun.
”Filantropi yang akan ‘dilahirkan’ oleh AMAN membawa identitas AMAN Indonesia, sebagai penggerak dalam isu perempuan dan perdamaian. Pengembangan Filantropi ini bukan hanya mimpi untuk diri sendiri, namun mimpi agar gerakan pembangunan perdamaian,” pungkasnya.
Selain tim AMAN Indonesia, hadir pula sejumlah ahli, board AMAN, Direktur AMAN Internasional dan lainnya. Diantaranya Hamid Abidin (Peneliti Persiapan Filantropi AMAN); Prof. Kamaruzzaman Bustamam Ahmad (Direktur AMAN Internasional); Yuniyanti Chuzaifah dan Maria Ulfah Anshor (Board AMAN Indonesia); Anna Marsiana (BfDW); Arum Sigit (HMC Consulting); Prof. Amelia Fauzia (Social Trust Fund); Arif Rahmadi Haryono (Dompet Dhuafa); Ibnu Tsani (Lazismu); Sita Supomo (Indonesia untuk Kemanusiaan); Realino (Konsultan Moneter AMAN).