Tulisan ini merupakan Refleksi Direktur AMAN Indonesia, Ruby Kholifah.
Pukul 12.30 waktu setempat, saya mendarat di Helsinki, Finlandia. Saya disambut dengan matahari yang bersinar dan itu menghangatkan tubuh saya. Saya juga merasa beruntung bissa menghadiri dalam agenda UN High Level Seminar on Gender and Inclusive Mediation Strategies. Saya langsung dijemput pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Helsinki dan langsung dibawah ke Wisma Indonesia, rumah tinggal Duta Besar Indonesia. Setelah refresh dan menyiapkan presentasi, langsung menuju tempat acara di Kedutaan Indonesia yang tidak jauh dari Wisma RI.
Dalam acara tersebut, saya menceritakan tentang sejumlah perkembangan pemberdayaan perempuan di Indonesia dari kacamata Perempuan, Perdamaian dan Keamanan. Selain memberikan update bagaimana Indonesia menerapkan Resolusi 1325 melalui RAN P3AKS, saya juga memberikan update tentang emerging movement Kongres Ulama. Menurut saya, gerakan KUPI menjadi agenda yang sangat penting disampaikan ke dunia. Khususnya kolaborasi lintas aktor yang berusaha menghilangkan halangan pencapaian gender equality, karena tafsir agama yang tidak terbuka.
Saya bercerita tentang Kongres Ulama Perempuan Indonesia sebagai gerakan bersama yang dipimpin oleh ulama perempuan, serta memberikan gambaran capaian gerakan ini. Terakhir, saya bercerita tentang potensi pengembangan di Internasional. Acara ini dihadiri oleh sejumlah Duta Besar Perempuan dari negara-negara seperti Thailand, Irlandia, Saudi, Chile, dań sejumlah lainnya. Para istri duta juga hadir dan menunjukkan antusiasmenya. Dari pertanyaan-pertanyaan yang ada, orang tertarik dengan Indonesia karena memang menjadi kiblat perkembangan demokrasi dan Islam.
Antusiasme sangat tinggi terkait dengan bagaimana strategi KUPI untuk bisa mempengaruhi negara-negara lain dimana kondisi perempuan Muslim terpuruk. Saya sedikit paparan pentingnya Belajar dari Indonesia dan mengundang potensi exchange ulama perempuan dari negara lain ke Indonesia, agar tidak saja belajar metodologi KUPI, mengenal latar belakang tokoh-tokoh dan pemikirannya, tetapi juga belajar bagaimana institusi pesantren itu berbeda, dan institusi Islam di Indonesia juga memberikan perhatian pada kesetaraan gender.
Tak lupa saya juga memberikan penekanan pentingnya memahami Indonesia sebagai negara demokrasi dan sejumlah enabling faktor lain yang mendukung gerakan seperti KUPI. Setelah selesai presentasi dijamu dengan makanan Indonesia dan melanjutkan sejumlah percakapan Bilateral dengan para duta perempuan yang tertarik dengan gagasan dari Indonesia ini. Tidak lupa, saya ucapkan, terima kasih Kedutaan Indonesia di Helsinki atas inisiatif cepat ini.