Magelang – KAVIKEPAN Kedu, Jawa Tengah penyelenggarakan Sekolah Kebhinekaan di Wisma Sejahtera, Kota Magelang, Sabtu – Minggu (22-23 Juli 2023). Acara yang dihadiri oleh 40 peserta orang muda ni, bertujuan untuk membangun ruang-ruang perjumpaan, mempererat rasa persatuan dan kebersamaan antar orang muda lintas iman yang didasari oleh nilai-nilai Kebhinekaan. The Asian Muslim Action Network (AMAN) Indonesia terlibat untuk fasilitasi materi tentang ”Membangun Indonesia Damai” yang disampaikan oleh Koordinator Wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta The Asian Muslim Action Network (AMAN) Indonesia, Maskur Hasan.
Menurut Maskur, ada empat hal penting yang disampaikan dalam acara tersebut dalam rangka membangun perdamaian. Pertama, mengetahui situasi terkini tentang intoleransi. Kedua, mengenal toleransi pasif dan aktif. Ketiga, mengenal keberagaman. Keempat, membangun perdamaian dengan menggunakan resolusi konflik, transformasi konflik dan Reflective Structured Dialogue (RSD).
Untuk melihat kondisi intoleransi, Maskur menjelaskan hasil survey dari Setara Institute dan Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta. Dari hasil survey tersebut,menyimpulkan bahwa kasus intoleransi masih tinggi dan menjadi pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan. “Melihat sejumlah hal tersebut, penting untuk terus mengupayakan perdamaian, terutama di kalangan orang muda. AMAN Indonesia menawarkan beberapa materi dengan menggunakan resolusi konflik, transformasi konflik, Pembudayaan perdamaian di sekolah dengan Paradigma Pancasila dan RSD,” ungkapnya usai agenda, belum lama ini.
Dalam resolusi konflik, terdapat tiga hal yang perlu dilakukan dalam melakukan strategi membangun perdamaian. Yakni, peacemaking, peacekeeping dan peacebuilding. Terkait peacemaking dilakukan untuk menciptakan harmonisasi perdamaian di awal konflik, sebelum konflik semakin massif. Selanjutnya, peacekeeping menekankan adanya perjanjian kolektif untuk menangkal konflik susulan. Terakhir, peacebuilding adalah bentuk merajut kembali tali perdamaian yang sempat terputus karena konflik.
Selain teori tersebut, diterangkan olehnya, AMAN Indonesia bersama dengan jaringan mengembangkan konsep Pendidikan Berparadigma Pancasila untuk membangun budaya damai di sekolah. Terdapat 12 Prinsip yang diturunkan dalam praktik Pendidikan, yaitu menumbuhkan spirit kehidupan berdasarkan nilai-nila agama, Menjunjung tinggi kesetaraan, Menghormati kebhinekaan, mempraktikkan nilai jujur, disiplin, empati, peduli dan lainnya.
”Titik berangkat dalam Pendidikan Berparadigma Pancasila adalah menciptakan kultur sekolah yang damai, inklusif, dan membahagiakan. Yang dimaksud dengan kultur sekolah adalah kesatuan sistemik meliputi nilai-nilai yang dihidupi, pola relasi antar warga, ekpresi-ekpresi komunikasi dan berbagai ekspresi keindahan di lingkungan sekolah yang memungkinkan tumbuhnya kreativitas, inovasi, dan kekritisan,” pungkasnya.
Terakhir, dalam kesempatan tersebut dirinya juga sangat berterima kasih dan megapresiasi terselenggaranya Sekolah Kebhinekaan yang mampu mengumpukan orang-orang muda lintas agama yang punya komitmen untuk menjaga perdamaian dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).