Tantangan bagi kelompok Islam moderat dari tahun ke tahun masih sama yaitu merebut kembali pengaruh narasi keislaman yang ramah perempuan dan tidak bias gender

Tantangan bagi kelompok Islam moderat dari tahun ke tahun masih sama yaitu merebut kembali pengaruh narasi keislaman yang ramah perempuan dan tidak bias gender.  Berkaca pada kontestasi wacana di internet dan sosial media, narasi-narasi tersebut masih didominasi kelompok konservatif dan radikal bahkan ekstremis. Menyebut saja beberapa di antaranya narasi tentang pernikahan dini, hijrah, niqab dan istri solehah yang mendiskreditkan perempuan. Pertanyaannya kemudian, mengapa para pemikir Islam progresif, suaranya seperti samar-samar, kehilangan supremasi dalam menyuarakan Islam yang menghargai hak-hak perempuan dan memiliki pesan keadilan gender? Ajaran atau kajian Islam yang berorientasi gender lebih banyak tersedia dalam bentuk buku, jurnal, dan publikasi penelitian (skripsi, tesis dan disertasi). Maka, narasi keadilan jender tidak banyak beredar dan berdampak bagi pengguna media sosial dan internet. Faktor lainnnya, keterampilan terbatas ulama progresif untuk mengakses teknologi informasi untuk mempromosikan gagasannya.

Kontestasi wacana keislaman juga tidak terlepas dari perubahan corak muslim Indonesia hari ini, di mana wajah Islam Indonesia tidak hanya Nahdlatul Ulama dan Muhamadiyah saja, namun juga diwarnai corak pemahaman Islam yang literallistik (membentuk fundamentalisme dan radikalisme) yang merupakan gejala khas perkotaan atau kelas menengah. Muncul juga otoritas keagamaan baru. Fenomena ini ditandai dengan kemunculan otoritas keagmaan baru yang sayangnya lebih banyak mendefinisikan agama dengan bahasa ‘kemarahan’. Dalam konteks ini, corak keagamaan ini memiliki kontruksi memenangkan penguasaan dan pengendalian atas perempuan, sehingga narasi yang dibangun lebih akan terasa bias. Maka, sudah seharusnya inisiatif-inisiatif media keislaman progresif perlu banyak didukung oleh CSO karena upaya untuk menghadirkan wajah Islam yang ramah dan lembut mmebutuhkan energi dan napas panjang.

Jika pendekatan koalisi dan berjejaring digunakan dalam memperkuat pilar advokasi, maka untuk mengglorifikasi wacana Islam yang progresif membutuhkan kerja-kerja yang terkonsolidasi melalui sindikasi sebagai tulang punggungnya. Jika dilacak perjalanannya, ada beberapa fase yang dilakukan AMAN dalam membangun dan memperkuat kerja media dan sindikasinya. Pertama, mendukung tumbuhnya media yang mempromosikan Hak-hak Perempuan dalam Islam. Keputusan penting yang diambil AMAN adalah ketika pertengahan tahun 2016 mendukung penguatan media mubaadalah.com sebagai media mengkonsolidasikan pengetahuan gender dan Islam di Indonesia yang dimulai dari Cirebon.

Di kalangan media keislaman yang moderat, Mubadalah dianggap sebagai situs Islam pertama yang secara khusus mengusung narasi adil gender atau  hak-hak perempuan dalam Islam sebagai upaya kontra narasi propaganda yang mendeskreditkan perempuan. Situs ini belum menjadi rujukan utama dan terpercaya dari netizen karena jumlah produksi konten rendah dan juga belum dikelola secara sistematis dan professional karena masih minimnya dukungan sumber daya. Maka, turut mendukung dan membesarkan Mubadalah adalah investasi bagi kami untuk menjadikannya sebagai corong Islam progresif yang ramah perempuan. Dukungan dalam bentuk penyediaan penulis, mempertemukan dengan media sindikasi, dan menyebarkan serta mendiskusikan konten ke publik yang lebih luas. Dari laporan evaluasi program, animo warganet pada produk jurnalistik Mubaadalah bisa dilihat dari traffic kunjungan yang mana sejak Januari-Oktober 2019 telah mendapat 114.623 viewers, 64.799 pengunjung, dan 48.000 pengunjung baru.

Kedua, melahirkan penulis perempuan muda. bekerjasama dengan mubadalah, islami.co dan alif.id, sejak 2018 kami melakukan profiling dan merekrut penulis muda perempuan yang memiliki bakat serta minat pada isu perempuan dan keislaman. Penulis yang terseleksi mendapatkan beasiswa untuk mengikuti pelatihan dua hari mengenai penulisan mubadlaah sebagai sebuah perspektif. Sampai akhir tahun 2019, kami telah melahirkan 141 penulis perempuan muda dari 6 kota (Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Malang, Wonosobo dan Poso) yang kemudian membentuk dirinya menjadi komunitas penulis perempuan. Para penulis ini memiliki ketrampilan menulis tema-tema popular yang didekatai dengan cara pandang moderasi Islam dan mencerminkan perspektif mubaadalah. Saat ini, tulisan dari penulis ini memperkaya sudut pandang tulisan mubadalah yang dimuat di mubaadalah.com dan mubaadalahnew.com sebagai sebuah kontra narasi maupun narasi alternatif atas wacana-wacana keagamaan yang mengarah intoleransi dan bias gender.

Ketiga, memfasilitasi kolaborasi sindikasi media Islam progresif. Sindikasi yang kami maksudkan adalah kerja kolaborasi multi-pihak, baik NGO, Media dan pihak lain yang sevisi untuk mengkonsolidasikan pengatahuan, memproduksi konten, dan menyebarkannya secara massif dan efektif. Kerja-kerja sindikasi dibangun atas dasar kesamaan tujuan dan strategi. Sindikasi awalnya terbentuk melalui joint action program antara AMAN, Mubadalah dengan TRACyang mengkonfirmasi untuk sama-sama membesarkan mubadalah dengan memperkuat kualitas website dan memperbanyak penulis di tahun 2018. Di penghujung 2019, melalui program Digitalizing Women Ulama Voices for Gender Justice, AMAN memfasilitasi terbangunnya sindikasi media (islami.co, Gusdurian, Alimat, dan Mubadalah) untuk memperkuat pengaruh KUPI (Kongres Ulama Perempuan Indonesia) sebagai leading community untuk penyebaran gagaasan isu-isu utama yang beririsan dengan isu public baik di lokal, nasional dan internasional.

Keempat, mendiseminasikan referensi Islam progresif melalui pencetakan buku, sosial media, festival, dan online learning. Dalam ranah sindikasi media, fungsi media di AMAN seperti web sister, yaitu meneruskan pesan atau juga mengolah konten dari sumber utama untuk didistribusikan ke audien yang ditargetkan. Selain melalui platform media sosial, AMAN juga konsen pada pengorganisasian audien untuk memhami pesan atau narasi Islam progresif. Sebagai contoh, kami memasukkan materi 60 Hadist Hak-Hak Perempuan ke dalam silabus materi pengajaran di Sekolah Perempuan dan Majlis Taklim. Inisiasi lainnya adalah bersama Fahmina Institute menyelenggarakan Festival Mubadalah, untuk mendekatkan auiden, komunitas pesantren, dan anak muda dengan pesan-pesan mubadalah.


Capaian Pilar 4

Media
141 penulis perempuan dari 6 provinsi yang memiliki ketrampilan penulisan popular isu perempuan dan keislaman dengan perspektif mubadalah (reciprocal reading)
Media
30.000 viewers untuk media sosial AMAN
Media
1.14.623 viewers, 64.799 pengunjung, dan 48.000 pengunjung baru untuk mubadalah
Media
Sindikasi Media yang merangkul 6 media dan NGO