“Kita semua mempunyai tugas suci dalam menjaga dan merawat Indonesia,” sebuah kalimat yang pernah ditulis oleh Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA, CBE, seorang Cendekiawan Muslim yang kiprahnya diakui tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di tingkat global, khususnya Asia Tenggara.
Prof. Azra, begitu ia akrab disapa, lahir pada 04 Maret 1955 di nagari Lubuk Alung, Padang Pariaman, Sumatera Barat. Ia memulai pendidikan tinggi pada 1982 sebagai mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ia kemudian melanjutkan studi ke Columbia University, meraih gelar Master of Arts (M.A.) di Departemen Bahasa dan Budaya Timur Tengah pada 1988, dan Master of Philosophy (M.Phil.) di Departemen Sejarah pada 1990. Dua tahun kemudian, pada 1992, ia berhasil menyelesaikan program doktoral dan meraih gelar Doctor of Philosophy (Ph.D.).
Gelar CBE, singkatan dari Commader of The Order of British Empire, yang ada di akhir namanya adalah pemberian dari kerajaan Inggris pada tahun 2010. Ia mendapatkan gelar tersebut karena perannya sebagai salah satu tokoh pembentukan UK-Indonesia Islamic Advisory Group (UK-Indonesia AIG). Dalam lembaga yang bertujuan mempererat pemahaman Islam di antara kedua negara tersebut, ia bahkan ditunjuk sebagai Co-Chairman.
Prof. Azra telah memberikan perhatian mendalam pada berbagai aspek Islam di Indonesia, mulai dari moderasi beragama, pendidikan, isu terorisme, politik, toleransi antarumat beragama, hingga sejarah ulama Nusantara dan kebijakan negara. Ia juga tercatat sebagai anggota dewan penasihat Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI). Prof. Azra meninggal pada 18 September 2022 dan meninggalkan warisan pemikiran-pemikiran yang masih relevan sebagai rujukan dalam menjaga dan merawat Indonesia.
Menjaga Indonesia dengan Kesadaran Pluralisme
Indonesia adalah negara pluralis yang kaya akan keberagaman suku, budaya, agama, bahasa, dan berbagai identitas lainnya. Prof. Azra dikenal sebagai tokoh yang menjunjung tinggi pluralisme dan toleransi antarumat beragama. Menurutnya, pluralisme agama di tengah kehidupan manusia adalah kenyataan yang tak dapat dihindari. Ia kerap menegaskan bahwa dialog lintas agama merupakan kunci terciptanya perdamaian dan harmoni sosial. Keberagaman agama dan budaya yang dimiliki Indonesia adalah modal penting untuk memperkuat persatuan. Ia meyakini bahwa ajaran Islam menuntun umatnya untuk bersikap toleran dan menghargai perbedaan, nilai yang perlu diwujudkan dalam praktik kehidupan sehari-hari.
Menurut Prof. Azra, usaha atau upaya untuk menciptakan sebuah masyarakat yang tidak plural, monolitik, dan seragam merupakan upaya yang sia-sia. Oleh karena itu, ia berpendapat bahwa sikap yang paling tepat untuk merespon keberagaman adalah dengan mengembangkan sikap menghormati, toleran, dan menghargai pluralisme.
Menjaga Indonesia dengan Konsep Wasatiyyah
Wasatiyyah (moderasi) adalah bersikap sikap dan pandangan hidup yang mengedepankan keseimbangan, tidak berlebihan. Prof. Azra merupakan salah satu tokoh penting yang mempromosikan gagasan wasatiyyah di Indonesia. Ia memaknai wasatiyyah sebagai sikap dan pandangan beragama yang moderat, toleran, dan inklusif. Menurutnya, penerapan wasatiyyah menjadi kunci untuk mencegah ekstremisme dan radikalisme yang dapat mencoreng citra Islam. Bagi Prof. Azra, Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin—membawa rahmat bagi seluruh alam—yang harus diwujudkan melalui pendekatan damai dan moderat. Ia juga menegaskan bahwa pendidikan Islam perlu menanamkan nilai-nilai wasatiyyah guna membentuk generasi Muslim yang terbuka dan menghargai keberagaman.
Menurut penulis, menerapkan konsep wasatiyyah menjadi langkah penting dalam menjaga harmoni di tengah masyarakat Indonesia yang plural, baik dari segi agama maupun keyakinan. Prinsip ini berperan besar dalam mempertahankan persatuan dan keutuhan bangsa dari ancaman perpecahan akibat perbedaan pandangan dalam beragama atau berkeyakinan. Tentu, prinsip ini bukan hanya bisa digunakan untuk menghadapi perbedaan agama atau keyakinan, tetapi juga dapat diterapkan dalam menyikapi keragaman suku, budaya, ras, dan sebagainya.
Tugas Suci sebagai Warga Negara
Menjaga kesatuan dan keutuhan negara Indonesia yang plural bukanlah perkara mudah. Menurut Prof. Azra, Indonesia sejak dulu menghadapi ujian yang berpotensi merusak persatuan dan kesatuan bangsa. Bahkan, J.S. Furnivall, dalam Netherlands East Indies: A Study of Plural Economy (1944) telah memprediksi bahwa ketika Belanda tak lagi berkuasa, wilayah yang sangat plural ini akan hancur berkeping-keping. Doomsday scenario tersebut menurut dia tak lain karena absennya faktor pemersatu yang mampu mengintegrasikan kawasan ini menjadi negara-bangsa tunggal.
Oleh karena itu, menurut Prof. Azra, setiap dan seluruh warga, khususnya elite kepemimpinan—politik, sosial-budaya, dan keagamaan— mempunyai tugas suci atau mission sacre untuk senantiasa menjaga dan merawat Indonesia. Menurutnya, salah satu cara terpenting adalah dengan memperkuat kembali tradisi dan perilaku saling menghormati, tepo seliro atau tenggang rasa, akomodasi, kompromi, dan toleransi. Semua hal tersebut bersifat mutlak dalam konteks eksistensi yang berkaitan dengan kelangsungan persatuan dan keutuhan negara-bangsa Indonesia.
1) Saling menghormati berarti sikap menghargai orang lain dengan mengakui dan menerima keberadaan, hak, pendapat, dan perasaannya tanpa merendahkan atau merugikan. 2) Tepo seliro atau tenggang rasa yakni sikap atau kemampuan untuk memahami dan merasakan apa yang dirasakan orang lain. 3) Akomodasi adalah kesediaan memberi ruang bagi perbedaan dan menyesuaikan diri demi tercapainya harmoni. 4) Kompromi berarti persetujuan dengan jalan damai atau saling mengurangi tuntutan. 5) Toleransi yakni menerima perbedaan tanpa memaksakan kehendak, membiarkan keragaman keyakinan, budaya, dan pandangan hidup berkembang berdampingan dalam damai. Jika nilai-nilai ini benar-benar dihidupkan, perbedaan yang ada di Indonesia bukan menjadi pemicu perpecahan, melainkan menjadi sumber kekuatan yang memperkokoh persatuan.
Referensi
Azra, Azyumardi. 2020. Indonesia Bertahan: Dari Mendirikan Negara Hingga Merayakan Demokrasi. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Suhail, Ahmad Kusjairi, dkk. “Azyumardi Azra dan Moderasi Beragama di Indonesia”Al-Qalam: Jurnal Ilmiah Keagamaan dan Kemasyarakatan, 2(19), 2025.