Women Peacebuilders Forum 2025: Memperkuat Kepemimpinan Perempuan dan Strategi PVE yang Berkeadilan Gender

Jakarta, 28-29 Juli 2025 — Women Peacebuilders Forum (WPF) 2025 yang digelar oleh AMAN Indonesia, bekerja sama dengan Asian Muslim Action Network (AMAN) dan didukung oleh UN Women Indonesia, menegaskan pentingnya pengarusutamaan perspektif gender dalam strategi pencegahan ekstremisme kekerasan (Preventing Violent Extremism/PVE). Forum ini mempertemukan tokoh nasional dan internasional serta menyoroti praktik baik dari Indonesia dan tantangan yang masih tersisa dalam integrasi agenda Women, Peace, and Security (WPS).

Acara dibuka oleh MC Neny Agustina Adamuka, yang menyampaikan bahwa forum ini bertujuan menggali pembelajaran dari pengalaman Indonesia untuk memperkaya percakapan kebijakan di tingkat regional dan global, serta menghasilkan rekomendasi praktis dalam memperkuat integrasi perspektif WPS ke dalam strategi PVE.

Dalam sambutan pembuka, Yulies Puspitaningtyas, Program Manager UN Women Indonesia, menekankan bahwa pengarusutamaan gender bukan sekadar bentuk inklusi, melainkan kunci efektivitas dan keberlanjutan. Ia menyoroti empat elemen penting: integrasi pengetahuan lokal, partisipasi bermakna perempuan dalam pengambilan keputusan, reformasi institusi keamanan dan keadilan yang responsif terhadap korban, serta kolaborasi lintas sektor.

Prof. Kamaruzzaman Bustamam Ahmad, Presiden AMAN Internasional, menambahkan bahwa tantangan WPS dan PVE saling terkait dan memerlukan solusi strategis berbasis kolaborasi. Ia menyoroti bagaimana organisasi akar rumput telah membuktikan kapasitas luar biasa membangun ketahanan komunitas dengan menempatkan perempuan sebagai agen perdamaian, meskipun masih menghadapi hambatan normatif dan operasional.

Dwi Rubiyanti Kholifah, Country Representative AMAN Indonesia, membagikan pengalaman dari Sigi, Sulawesi Tengah, yang mengalami serangan teroris pada 2020. Melalui metode Reflective Structured Dialogue (RSD), para penyintas dapat menyampaikan langsung trauma mereka kepada pengambil kebijakan, mendorong lahirnya komitmen untuk pemulihan yang lebih komprehensif. Ruby menegaskan, kerangka WPS membantu mengungkap spektrum korban yang sering luput terlihat, serta pentingnya memastikan perempuan berada di posisi pengambilan keputusan.

Pidato kunci dari Dr. Fatima Azmiya Badurdeen (Technical University of Mombasa, Kenya) memperkuat urgensi tersebut. Berdasarkan penelitiannya di Afrika Timur, ia mengangkat peran kompleks perempuan dalam jaringan ekstremis, baik sebagai korban, perekrut, maupun agen pencegahan. “Kita perlu memastikan suara perempuan dari negara-negara Global South terdengar di meja kebijakan tingkat tinggi,” tegasnya.

Forum ini juga menghadirkan praktik baik dari Indonesia, mulai dari integrasi agenda WPS ke dalam Rencana Aksi Nasional PVE, penguatan forum lintas iman di desa, hingga penggunaan metode RSD untuk mendorong penerimaan mantan kombatan di masyarakat.

Diskusi selama dua hari forum dibagi ke dalam empat sesi; 1) Sesi 1 mengangkat pendekatan reintegrasi yang responsif gender; 2) Sesi 2 membahas keadilan bagi perempuan dan anak korban terorisme; 3) Sesi 3 menampilkan praktik kepemimpinan perempuan dalam membangun komunitas tangguh. 4) Sesi 4 menyoroti pentingnya ruang sipil yang aman dan terbuka untuk keberlanjutan perdamaian

 

Forum ini tidak hanya memantik diskusi, tetapi juga meninggalkan kesan mendalam bagi para peserta. Mardiko dari WYDII menyebut, “Fasilitas, termasuk penerjemahan dan dukungan panitia, sangat membantu dan membuat forum ini berjalan inklusif dan lancar. Semuanya sangat baik. Terima kasih!” Sementara itu, Topister Juma dari Muslims for Human Rights Kenya menyampaikan harapannya, “Mari kita doakan agar konferensi perempuan mendatang bisa dilakukan secara fisik, agar mempererat kebersamaan.”

Sebagai penutup, Yuniyanti Chuzaifah menegaskan bahwa kerja-kerja pencegahan kekerasan harus melampaui indikator formal dan menjawab kebutuhan konkret komunitas yang berada di garis depan dampak konflik. Forum ini diharapkan menjadi tonggak komitmen bersama dalam membangun strategi PVE yang inklusif dan berkeadilan gender, serta memperkuat jejaring WPS di tingkat ASEAN dan global.

Rekaman lengkap dari Women Peacebuilders Forum 2025 dapat diakses melalui link berikut: link rekaman hari pertama – llink rekaman hari ke dua atau melalui kanal YouTube AMAN Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *