Bagaimana jika pencegahan/penanggulangan ekstremisme kekerasan dikemas dalam kerja-kerja kreatif karya seni film?
Film menjadi bridging communication untuk menjangkau publik lebih luas dalam edukasi kontra ekstremisme kekerasan. Film sangat dekat dengan masyarakat dan mampu menembus batas-batas hierarki sosial yang ada.
WGWC Talk #24 mempertemukan 3 anak muda yang bekerja dalam P/CVE melalui film. Mereka merepresentasikan berbagai background yang menarik. Arifuddin Lako adalah mantan kombatan konflik Poso yang mengalami titik balik dalam hidupnya. Dia belajar secara otodidak dan sampai saat ini konsisten menghasilkan film-film edukatif dan inspiratif. Ani Ema Susanti adalah mantan TKW Hong Kong yang menempuh studi formal dalam dunia perfilman. Dia sudah menghasilkan berbagai film untuk P/CVE, termasuk film tentang TKW Hong Kong yang terlibat kasus terorisme. Arifuddin dan Ani berubah dan bertumbuh bersama karya-karyanya. Terakhir, Erin Gayatri sebagai aktivis damai juga peneliti perempuan & terorisme adalah seorang pemula dan baru yang terjun dalam dunia film. Dia didorong oleh realitas bahwa artikel jurnal dan buku yang dia hasilkan terbatas menjangkau publik.
Untuk mengetahui lebih dalam bagaimana karya seni film signifikan terhadap P/CVE dan bagaimana pengalaman personal yang dialami oleh para filmmaker sebagai insider, yukk bergabung dengan WGWC Talk #24. Agenda kolaborasi antara PSKP UGM, AMAN Indonesia dan WGWC