Dari Penguatan Komunitas Hingga Advokasi Global: 5 Tahun Gerakan Kolektif JISRA Membangun Ekosistem Perdamaian yang Inklusif dan Berkelanjutan

Konsorsium Joint Initiative for Strategic Religious Action (JISRA) Indonesia hadir di Indonesia selama 5 tahun sejak 2021-2025. Dengan dukungan 2 lembaga internasional; Faith to Action Network dan Mensen met een Missie, JISRA hadir sebagai jembatan kolaborasi dan sinergi 10 organisasi untuk mempromosikan perdamaian, toleransi, serta kebebasan beragama dan berkeyakinan (FoRB) dengan pendekatan berbasis hak asasi manusia, peacebuilding, dan perspektif gender. 

Menutup fase programnya, JISRA menyelenggarakan kegiatan bertajuk “Finale JISRA Indonesia: Merayakan Ekosistem Perdamaian yang Inklusif dan Berkelanjutan,” bertempat di kantor pusat Muhammadiyah Jakarta, 14 Oktober  2025. Sejumlah stakeholder dari pemerintah, organisasi masyarakat sipil, lembaga pendidikan, media, komunitas dan penerima manfaat program JISRA  juga turut hadir berbagi pengalaman dan kerja-kerja kolaboratif mereka selama 5 tahun terakhir. 

“Bekerja bersama teman-teman adalah pengalaman yang sangat berharga. Saya belajar banyak dari teman-teman semua. Seperti yang dilakukan AMAN Indonesia, melakukan terobosan menggunakan dialog untuk merangkul kelompok-kelompok berbeda,” ucap Mutiara Pasaribu, Country Coordinator JISRA Indonesia dalam sambutannya. 

Kerja-kerja kolaboratif konsorsium JISRA juga membuktikan aksi konkrit The Whole Government, The Whole Civil Society Approach. “Program JISRA sebagai salah satu gambaran nyata bagaimana masyarakat sipil bergandengan tangan dengan pemerintah dalam upaya pembangunan perdamaian di Indonesia,” disampaikan oleh Kolonel Yaenurendra, Kasubdit Kerjasama Regional BNPT RI.

Hadir juga Rick van der Woud, Director-Administrator Mensen met een Missie. “Program JISRA di Indonesia saling terkoneksi dengan JISRA global. Adanya exchange program dari Indonesia ke Kenya, sebaliknya negara-negara dari Afrika belajar dari Indonesia melalui forum Seminar Internasional KUPI II dan Cross Country Learning on Youth, Digital Safety, and Human Rights. JISRA juga mendorong keterlibatan lintas aktor; perempuan, tokoh agama, kelompok muda, dan stakeholder lainnya bukan hanya sebagai partisipan, tetapi sebagai pioneer, agen perdamaian,” terangnya. 

 

World Cafe: Ruang Berbagi Program JISRA

Selain merayakan capaian, kegiatan ini juga sebagai ruang untuk saling sharing pembelajaran, praktik baik dan tantangan yang dihadapi 10 partner JISRA; AMAN Indonesia, Yayasan Fahmina, Fatayat NU Jawa Barat, Nasyiatul Aisyiyah, Eco Bhinneka Muhammadiyah, Gusdurian, Institut Mosintuwu, Imparsial, Institut DIAN/Interfidei, dan Peace Generation. Sharing session dilakukan melalui exhibition dan World Cafe dengan 5 topik; Environment and FoRB, ⁠FoRB Advocacy, PCVE and FoRB, ⁠Education and FoRB, ⁠dan Connecting National to Global

AMAN Indonesia terlibat sebagai fasilitator dalam 2 topik; PCVE and FoRB dan Connecting National to Global. Pembelajaran bagi AMAN Indonesia dalam konteks PCVE and FoRB , salah satunya tercermin dalam upaya  menjembatani kelompok-kelompok berbeda untuk saling memahami satu sama lain melalui Reflective Structured Dialogue (RSD) atau Dialog Reflektif dan Terstruktur. 

Intervensi di 4 wilayah; Tasikmalaya, Bandung, Poso dan Sigi, AMAN Indonesia menggunakan RSD juga untuk mendorong resolusi konflik dan reintegrasi sosial di masyarakat. RSD juga diadopsi oleh lembaga lainnya dalam menjalankan program kerja karena dianggap sangat efektif untuk memberikan hak dan kesempatan yang sama bagi setiap orang untuk berbicara dan mendengarkan. 

 

Dok. AMAN Indonesia

 

Difasilitasi oleh Fina Nihayatul Mazziyyah bersama Alifatul Arifiati dari Yayasan Fahmina, dalam diskusi menghighlight bahwa isu FoRB juga erat kaitannya dengan PCVE. Ketika ruang kebebasan beragama dan berkeyakinan menyempit, maka potensi bibit ekstremisme kekerasan atau drivers to terrorism, seperti intoleransi menguat sangat nyata. 

Sinergi lintas aktor dengan menggaet tokoh agama dan pemerintah daerah salah satunya menjadi strategi yang dilakukan program JISRA dengan mengamplifikasi hasil musyawarah KUPI tentang “Peminggiran Perempuan dalam Menjaga NKRI dari Bahaya Kekerasan Atas Nama Agama” dan mendorong kebijakan Rencana Aksi Daerah tentang Pencegahan dan Penanggulangan Ekstremisme Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorisme (RAD PE) di wilayah (Kota/Kab. Cirebon, Kota/Kab. Kuningan, Kab. Indramayu, dan Kab. Majalengka).  

“Kerja-kerja advokasi ini salah satu tantangannya adalah pejabat pemerintah yang sering berganti. Sehingga kita perlu punya key person atau champion agar tetap terhubung. Jabatannya jangan yang paling tinggi setingkat kepala, justru lebih efektif dengan satu tingkat di bawahnya. Kalau posisi kepala justru yang sering diganti karena sangat politis,” tutur Alif membagikan salah satu strategi advokasi. 

Sedangkan circle Connecting National to Global difasilitasi oleh Stephanie Joubert dari Mensen met een Missie, Farida Abdul Basit dari Faith to Action Network, dan Ruby Kholifah dari AMAN Indonesia. Sesi ini menunjukkan bahwa advokasi yang dibangun oleh JISRA Indonesia di tingkat global bukanlah advokasi ruang hampa, tetapi bagaimana menghubungkan isu strategis di tingkat lokal-nasional, menjadi perhatian global, termasuk menindaklanjuti kembali rekomendasi global.

Dok. AMAN Indonesia

 

“Kontribusi advokasi JISRA di Internasional diantaranya adalah Universal Periodic Review (UPR) dan Sixty-ninth session of the Commission on the Status of Women (CSW 69). Jadi, apa yang sebetulnya kita lakukan di nasional atau bahkan lokal, itu juga diperbincangkan dan diperjuangkan dalam dunia internasional. Dengan dukungan JISRA, kita bisa masuk dalam ruang-ruang advokasi tersebut dan membawa isu nasional ke global, begitupun sebaliknya,” kata Ruby Kholifah dalam paparannya.

Ruby juga merekomendasikan bahwa advokasi penting ditunjang salah satunya dengan dokumentasi yang komprehensif berupa tangible product. Selain itu, meneruskan kerja-kerja baik yang dilakukan JISRA seperti membuka exchange learning people to people, kerjasama bilateral pemerintah dan OMS, termasuk dalam forum politik tertinggi seperti Dewan PBB. 

Gerakan Kolektif untuk Perdamaian Berkelanjutan

Lima tahun perjalanan JISRA memberikan banyak pembelajaran bagi seluruh pihak yang terlibat. Penutupan Finale JISRA menegaskan kembali pesan penting: perdamaian adalah proses yang terus bertumbuh. Selama lima tahun terakhir, kerja-kerja kolaboratif JISRA telah menghadirkan bukti nyata bahwa ekosistem perdamaian yang adil, setara, dan inklusif bisa terbangun ketika semua pihak—terutama perempuan dan kelompok rentan—dilibatkan secara bermakna.

Melalui momentum ini, AMAN Indonesia khususnya berharap gerakan kolektif yang dibangun JISRA akan terus berjalan untuk memperkuat kapasitas perempuan, orang muda dan komunitas lintas iman dalam mempromosikan perdamaian, serta menjaga semangat kolaborasi lintas batas demi Indonesia yang damai dan berkeadilan.



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *