KUPI Berbagi Praktik Baik Ulama Perempuan di Nairobi: Perkuat Peran Pemimpin Agama Cegah Ekstremisme Kekerasan di Global

Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) memperluas jejaring globalnya dengan berbagi praktik baik ulama perempuan Indonesia dalam kegiatan bertajuk “Global Voices of Women Ulama: Empowering Women Ulama: KUPI’s Role in Shaping Inclusive Religious Discourse” yang berlangsung di Kenya pada 4-5 Februari 2025. Kegiatan ini merupakan bagian dari inisiatif Joint Initiative for Strategic Religious Action (JISRA) yang melibatkan aktor-aktor agama dari Indonesia, Kenya, dan Nigeria.

Delegasi KUPI yakni Dr. Faqihuddin Abdul Qodir, Kamilia Hamidah, dan Ruby Kholifah,  membagikan praktik baik ulama perempuan Indonesia dalam merespons isu ekstremisme kekerasan berbasis tafsir keagamaan yang adil gender dan berpihak pada korban. Kehadiran KUPI dalam forum ini menjadi sarana untuk memperkenalkan pendekatan keulamaan perempuan yang telah berkembang di Indonesia kepada komunitas global.

Dalam forum diskusi, KUPI menekankan bahwa pendekatan keagamaan yang dikembangkan oleh perempuan tidak hanya memperkuat ketahanan komunitas dari ideologi kekerasan, tetapi juga membuka ruang dialog lintas iman dan budaya. Salah satu kontribusi penting yang dibagikan KUPI adalah bagaimana fatwa dan perspektif keislaman KUPI menolak kekerasan atas nama agama, serta mendukung perlindungan terhadap kelompok rentan seperti perempuan dan anak.

Kegiatan ini mempertemukan para pemimpin agama, organisasi masyarakat sipil, dan komunitas lokal dari tiga negara yang menghadapi tantangan serupa: meningkatnya keterlibatan perempuan dan anak muda dalam ekstremisme kekerasan. Dalam banyak kasus, perempuan bukan hanya korban, tetapi juga dimobilisasi sebagai pelaku, baik secara aktif maupun pasif, akibat sistem sosial yang menormalisasi ketimpangan dan kekerasan.

Forum ini menjadi ruang penting untuk saling belajar mengenai konteks lokal masing-masing negara. Di Kenya, misalnya, narasi ekstremisme banyak berakar dari konflik etno-religius dan kemiskinan struktural. Sementara di Indonesia, narasi ekstremisme berkembang pesat di ruang digital dan menjangkau ranah domestik. KUPI menunjukkan bahwa respons berbasis tafsir keagamaan yang dikembangkan dari pengalaman perempuan terbukti mampu meredam narasi kebencian dan membangun kesadaran baru yang lebih adil dan humanis.

Selain diskusi formal, kegiatan ini juga menjadi ajang untuk memperkuat kerja kolaboratif lintas negara dan lintas agama. KUPI bersama jaringan JISRA merumuskan rekomendasi strategis untuk memperluas partisipasi perempuan dalam strategi pencegahan ekstremisme kekerasan, serta mendorong pendekatan berbasis komunitas yang inklusif dan partisipatif.

Keterlibatan KUPI dalam program ini juga memperkuat diplomasi sosial dan spiritual Indonesia di kancah global. Dengan membawa narasi keislaman yang membela kemanusiaan, KUPI menunjukkan bahwa ulama perempuan bukan hanya bagian dari gerakan keagamaan nasional, tetapi juga aktor penting dalam agenda perdamaian dunia.

Melalui pertukaran pembelajaran ini, KUPI membuktikan bahwa pengalaman lokal dapat menjadi inspirasi global. Pendekatan keulamaan perempuan yang dibangun dari akar rumput pesantren, komunitas, dan nilai keadilan universal telah dan akan terus menjadi kontribusi Indonesia untuk dunia yang lebih damai dan setara.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *