Jakarta – The Asian Muslim Action Network (AMAN) Indonesia memfasilitasi workshop pembuatan modul Peace Goes To School Peace Leader Indonesia pada Rabu dan Kamis (31 Juli dan 1 Agustus 2024). Dalam agenda tersebut, telah dihasilkan matriks silabus untuk implementasi Peace Goes to School. Menurut Manager Inovasi, Desain dan Evaluasi, Ghufron mengungkapkan Peace Leaders Indonesia merupakan yang merupakan simpul AMAN Indonesia yang bertujuan untuk mempromosikan kerjasama dan toleransi antar dan intra-agama di komunitas-komunitas yang memiliki ketegangan relasi keagamaan.
”Peace Leader memiliki tiga strategi utama yaitu capacity building untuk menguatkan agensi, platform building untuk meningkatkan kesadaran, dan media production untuk mengubah paradigma,” terangnya pada saat pengantar, Rabu (31 Juli 2024).
Jejak Peace Leader dimulai pada tahun 2014 dengan deklarasi dalam Youth Camp di Yogyakarta. Selanjutnya, program ini berkembang melalui berbagai tahapan, termasuk inkubasi melalui road show dan aktivitas media, membangun road map gerakan, hingga pendirian perkumpulan formal untuk menjaga konsistensi dan mendorong keberlanjutan. Perkembangan ini menunjukkan evolusi dari kreativitas dan kepemimpinan menuju formalisasi dan pemframing gerakan.
Salah satu program utama Peace Leaders adalah Peace Goes to School atau Campus, yang awalnya bernama “Celebrating Religious Diversity Road Shows”. Program ini muncul sebagai respons terhadap menyempitnya ruang-ruang ekspresi keberagaman dan fokus berlebihan pada prestasi akademik di institusi pendidikan. Awalnya, melibatkan pertukaran pemimpin muda antar agama, road show interaktif, dan perumusan petisi untuk mempromosikan toleransi dan keberagaman.
Seiring waktu, Peace Goes to School berkembang sejalan dengan perubahan kebijakan pendidikan seperti konsep Merdeka Belajar, Profil Pelajar Pancasila (P5), sekolah ramah anak, dan peraturan tentang pencegahan kekerasan. Rencana strategis Peace Leaders tahun 2021 menegaskan PGS sebagai upaya untuk menginstitusionalisasi nilai-nilai kesetaraan gender, perdamaian, dan anti-kekerasan dalam ekosistem pendidikan.
”Model modul PGS dirancang dengan pendekatan yang interaktif dan reflektif. Dimulai dari refleksi diri melalui cerita atau sharing, dilanjutkan dengan aktivitas pengalaman langsung yang melibatkan semua peserta,” terangnya.
Setelah itu, lanjutnya, dilakukan refleksi atas aktivitas untuk menggali makna dan mengarah pada konseptualisasi pengetahuan. Proses diakhiri dengan penyampaian konsep berbasis refleksi dan ajakan untuk mengaplikasikan pengetahuan baru dalam bentuk aksi nyata. Peace Leaders Indonesia merupakan contoh inisiatif yang berupaya membangun perdamaian dan toleransi melalui pendekatan yang berfokus pada pemuda.
Dengan mengombinasikan pengembangan kapasitas, peningkatan kesadaran, dan produksi media, program ini bertujuan menciptakan perubahan positif dalam masyarakat, khususnya di lingkungan pendidikan. Evolusi program ini menunjukkan adaptabilitas terhadap perubahan konteks sosial dan kebijakan, sambil tetap mempertahankan tujuan utamanya untuk mempromosikan keberagaman dan perdamaian.
Selama agenda yang digelar selama dua hari ini, membahas Sejarah dan tujuan Peace Leader. Sesi ini bertujuan memperkuat pemahaman tim dan meninjau perjalanan Peace Goes to School dari 2014 hingga 2024. Peserta diajak untuk mengingat kembali pengalaman Peace Goes to School. Termasuk materi, metode, tantangan, dan inisiatif yang muncul. Selanjutnya, workshop fokus pada penentuan kompetensi yang diharapkan dan materi terkait, diikuti dengan proses penulisan modul, presentasi, dan tanggapan. Akhirnya, workshop diakhiri dengan diskusi mengenai rencana finalisasi dan rencana tindak lanjut (RTL).