Jakarta – The Asian Muslim Action Network (AMAN) Indonesia telah mengambil langkah inovatif dengan menugaskan tiga mahasiswa magang untuk live-in selama empat hari di Sekolah Perempuan (SP) Pondok Bambu. Keputusan ini diambil dalam upaya penguatan program pencegahan dan penanganan kekerasan seksual di Kelurahan Pondok Bambu, Jakarta Timur.
SP Pondok Bambu dipilih karena memiliki peran dalam mendorong kesadaran dan perlindungan terhadap perempuan dan anak-anak dari berbagai bentuk kekerasan. Mahasiswa magang yang terlibat dalam program ini akan memiliki kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan lingkungan anggota SP dan masyarakat sekitar, serta mendapatkan pemahaman mendalam tentang tantangan yang dihadapi dalam penanganan kekerasan seksual.
Program magang AMAN Indonesia ini sejalan dengan dukungan AMAN Indonesia agar Kelurahan Pondok Bambu dapat merancang instrumen Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak (DRPPA) di Pondok Pondok.
Pada Sabtu (22 Juli 2023), dua orang staf The Asian Muslim Action Network (AMAN) Indonesia, Neny Agustina Adamuka dan Nita Nurdiani bersama dengan mahasiswa magang AMAN Indonesia, Zahra Banna, Nanda Attiza dan Azalea Eka bertemu anggota Sekolah Perempuan (SP) Pondok Bambu, Sabtu (22 Juli 2023).
Dalam pertemuan tersebut, diawali dengan bermain kartu galaxy obsecurio, menanyakan kabar masing-masing orang, berkeliling wilayah Pondok Bambu, makan siang bersama dan mencari kosan untuk live-in selama empat hari. Para mahasiswa magang, berencana melakukan live-in pada Kamis-Minggu (27-30 Juli 2023).
Ketua SP Pondok Bambu, Rohimah, menyambut hangat kedatangan mahasiswa magang AMAN Indonesia. Agenda magang kali ini menjadi kali kedua di Pondok Bambu. Pada 2019, lalu, terdapat mahasiswa magang melakukan live-in di Pondok Bambu.
”Sebelumnya, sudah ada Fina live-in di Pondok Bambu. Kami senang, ada mahasiswa magang yang mau hadir di Pondok Bambu,” ungkapnya, belum lama ini.
Untuk agenda magang kali ini, dirinya berharap, produk magang yang dihasilkan bisa diberikan kepada anggota SP Pondok Bambu. Produk tersebut, akan menjadi buku pegangan dan penguatan penguatan anggota SP Pondok Bambu. Selain itu, dirinya berharap, akan ada sosialisasi produk penanganan kekerasan seksual kepada masyarakat khususnya di Kelurahan Pondok Bambu.
Diungkap olehnya, dengan disosialisasikan kepada masyarakat tidak ada sejumlah orang yang menyalahkan korban. Sebab, hingga saat ini, masih ada sejumlah orang yang menyalah korban kekerasan seksual, terutama yang terjadi di Pondok Bambu. ”Harapannya, warga bisa belajar berempati. Serta warga lebih berani melaporkan kasus kekerasan seksual dan kekerasan seksual tidak lagi dianggap tabuh,” ucapnya.
Menurut salah satu mahasiswa magang AMAN Indonesia, Azalea Eka, ini adalah pertama kalinya datang ke Pondok Bambu untuk kegiatan live-in. ”Ibu-ibu anggota SP Pondok Bambu sangat ramah. Bahkan, ibu-ibu tidak segan untuk berbagi perasaan dan pengalaman mereka saat penanganan kekerasan seksual,” ucapnya.
Dirinya merasa, jika anggota SP Pondok Bambu adalah perempuan-perempuan yang memiliki pikiran terbuka dan bijaksana dalam berinteraksi dengan orang lain. Anggota SP Pondok Pondok mengetahui cara agar terdapat interaksi dengan anak muda. ”Kami juga sempat bermain kartu terlebih dahulu sebelum melakukan kunjungan ke sejumlah tempat di Pondok Bambu. Dari bermain kartu, saya merasa, ibu-ibu anggota SP Pondok Bambu memiliki keinginan untuk terbuka pada berbagai aspek pengalaman,” pungkasnya.
Sekolah Perempuan (SP) Pondok Bambu telah berdiri selama 15 tahun sejak 2007. SP Pondok Bambu merupakan embrio pengembang SP di seluruh Indonesia oleh AMAN Indonesia. Saat ini, SP menjadi laboratorium pembelajaran bagi akademisi, masyarakat sipil dan lainnya.