Bogor – The Asian Muslim Action Network (AMAN) Indonesia dan Working Group on Women P/CVE (WGWC) menggelar workshop Finalisasi Matriks Analisis Gender dalam Ekstremisme (MAGE) Lanjutan di Bogor, Kamis-Sabtu, 20-22 Juli 2023, dan difasilitasi Direktur AMAN Indonesia, Ruby Kholifah. Sedangkan peserta berasal dari Steering CommitteeWGWC diwakili oleh Debbie Affianty Lubis, DASPR diwakili oleh Erni Kurniati dari DASPR, Yayasan Prasasti Perdamaian diwakili oleh Khariroh Maknunah dari Yayasan Prasasti Perdamaian, dan AMAN Indonesia diwakiili oleh Fina Nihayatul Mazziyyah dan Yuyun Khairun Nisa
Sebelumnya telah dilaksanakan workshop finalisasi yang pertama pada 8 Maret 2023, untuk mereview matriks, analisis subjek, dan outline perbaikan buku MAGE dari versi sebelumnya. Workshop ini diselenggarakan Selama tiga hari, agenda ini telah berhasil merumuskan kerangka modul MAGE dan dilanjut dengan proses penulisannyamencakup tentang Latar Belakang, Studi Kasus, dan Metodologi.
Menurut Direktur AMAN Indonesia, Ruby Kholifah, dengan terbentuknya MAGE ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk pengarusutamaan gender dalam pencegahan ekstremisme kekerasan. ”MAGE sebagai tool analisis gender ini sangat penting dipersiapkan untukmelihat lebih detail lapisan-lapisan kondisi dan situasi perempuan yang terlibat dalam aksi ekstremisme kekerasan, dan bagaimana dampaknya terhadap kelompok perempuan lainnya (korban),” katanya, belum lama ini.
Selama ini, keterlibatan perempuan dalam radikalisme dan ekstremisme berbasis kekerasan di Indonesia, jumlahnya semakin meningkat. Hal ini karena ISIS telah mengubah posisi Jihad perempuan.
Sebelumnya, perempuan ditempatkan dalam posisi sebagai penjaga nilai budaya, sosial dan agama, sebagai pendidik nilai untuk generasi berikutnya dan mendorong anggota keluarga untuk menjadi pelaku bom. Dalam perkembangannya, perempuan mengambil peran aktif untuk mempengaruhi perempuan lainnya untuk mengambil peran aktif dalam aksi terornya.
”Dari latar belakang tersebutlah, AMAN Indonesia dan WGWC membuat tool ini. Dengan tools ini, kita bisa membedah lebih detail keterlibatan perempuan dalam gerakan ekstremisme kekerasan,” katanya.
Sejak 2018, draft tools analisis ini sudah disusun dan mengalami bongkar pasang dan mengundang berbagai ahli untuk memastikan tool ini bisa diaplikasikan dalam konteks ekstremisme kekerasan. Bahkan, tools ini telah diujicobakan, ditemukan kelemahannya, diperbaiki, hingga ditemukan formulasi paling dekat sebagai tool gender analisis yang mudah dipraktekkan.