Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) dan AMAN Indonesia bekerjasama untuk mengimplementasikan agenda Women, Peace and Security dengan mendukung implementasi Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak (DRPPA) di Sleman Yogyakarta. Bentuk Kerjasama tersebut dituangkan ke dalam Pelatihan kepemimpinan dan Reflective Structured Dialogue (RSD) digelar di kantor kelurahan Wedomartani yang dimulai dari 2-5 Juni 2023. Agenda tersebut diikuti 25 orang perempuan pegiat DRAPPA Wedomartani dan Pendowoharjo, serta melibatkan perwakilan DP3AKB Kabupaten Sleman, dan penggerak Sekolah Perempuan Pengkok, Patuk, Gunung Kidul.
Agenda ini menjadi salah satu cara untuk penguatan kepemimpinan dan keterampilan membangun dialog bagi perempuan. Pelatihan difokuskan untuk mencetak tenaga fasilitator RSD yang mampu memfasilitasi proses dialog, yang memberikan ruang aman dan nyaman bagi peserta dialog untuk menyampaikan pandangan personal terkait isu atau topik yang sensitif. Selama 4 hari, peserta mendapatkan pemahaman terkait sejarah, konsep kunci, dan elemen dasar RSD, keterampilan yang diperlukan dalam memfasilitasi RSD, teknik mendengar dan didengarkan dengan peduli, dan kemampuan menerima perspektif berbeda.
Di hari terakhir, peserta dibagi menjadi beberapa kelompok untuk memfasilitasi dialog warga dengan skenario dan konsep RSD, dengan beberapa topik seperti pernikahan beda agama, perkawinan anak, dan klitih. Menurut Koordinator Wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta AMAN Indonesia, Maskur Hasan, teknik dialog dengan menggunakan RSD baru pertama kali diterapkan. Mereka memang dari pertama kali mengikuti model dialog. Selama proses empat hari, semua peserta memahami proses dialog.
”Di mana dalam proses dialog perlu saling menghargai. Para peserta berencana akan menerapkan RSD dalam kehidupan sehari-hari. Terutama untuk mengatasi konflik di tingkat keluarga,” ungkapnya, belum lama ini.
Dalam sambutan agenda Analis Pemberdayaan Perempuan dan Anak, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kabupaten Sleman, Isti Hartini, menyoroti tentang pentingnya program-program penguatan pemberdayaan perempuan untuk kemajuan bangsa.
Sementara, Kamituwo Kelurahan Wedomarta, Mujib memberikan penegasan bahwa kepemimpinan perempuan perlu diasah, dan didukung karena memiliki potensi yang sama dengan laki-laki. ”Diskriminasi dan subordinasi yang dialami perempuan perlu menjadi perhatian bersama,” tegasnya.
Mujib juga memberikan gambaran tentang pluralitas Desa Wedomartani, layaknya miniatur Indonesia dimana keragaman bisa hidup berselaras. Hal ini menjadi salah satu alasan membangun Wedomratani sebagai percontohan Desa Ramah Perempuan Dan Peduli Anak (DRPPA) oleh KPP-PA. Di tempat yang sama, perwakilan dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) Supriyadi memberi penekanan bahwa kepemimpinan perlu dibangun untuk mendorong pemerdayaan perempuan dalam segenap aspek.
”Kesadaran kolektif dan gerakan perempuan menurutnya perlu didukung untuk mengatasi persoalan perempuan seperti kekerasan berbasis gender dan seksual, dampak konflik dan radikalisme,” terangnya.
Dirinya memberikan korelasi, bahwa kepemimpinan perempua , salah satunya bisa dilihat ketika banyak dari mereka menjadi agent of peace. Termasuk menjadi mediator kasus-kasus kekerasan dan konflik. Pada tengah hari ketiga, Mahmudah Arfiyati, S.KM, M.H.Kes Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan (DP3AP2KB) Kabupaten Sleman juga turut hadir dalam pelatihan untuk memberikan sambutan dan motiviasi kepada peserta. ”Saya mengapresiasi penyelengaraan pelatihan dan menyampaikan bahwa pihaknya terbuka untuk berkolaborasi mengembangkan program lanjutan untuk perlindungan perempuan dan anak,” pungkasnya.