AMAN Indonesia telah bertransformasi sebagai gerakan Islam progresif yang ramah pada perempuan dan pembelaan pada minoritas. Selama perjalanan selama 16 tahun, AMAN Indonesia telah melahirkan Peace Leader sebagai gerakan anak muda yang bergerak dalam perdamaian. Dalam peringatan ulang tahun AMAN Indonesia, Peace Leader mengadakan acara bedah buku bertajuk “Perempuan dan Perdamaian” di Jember, Kamis (16 Maret 2023).
Acara ini dihadiri oleh para peace leader dan aktivis perempuan dari berbagai daerah di Indonesia, dengan tujuan untuk meningkatkan peran perempuan dalam membangun perdamaian. Dalam bedah buku ini, para peserta membahas isu-isu penting yang berkaitan dengan perempuan dan perdamaian, seperti pentingnya partisipasi perempuan dalam proses perdamaian dan penyelesaian konflik, serta peran penting perempuan dalam membangun resiliensi di masyarakat.
Selain itu, juga dibahas mengenai upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkan partisipasi perempuan dalam proses perdamaian. Termasuk memperkuat jaringan perempuan dan memfasilitasi akses perempuan terhadap sumber daya yang dibutuhkan. Menurut salah satu peserta, Nurul Huda, partisipasi aktif perempuan dalam proses perdamaian sangat penting untuk menciptakan perdamaian yang berkelanjutan dan inklusif.
”Perempuan memiliki peran kunci dalam membangun perdamaian, karena mereka sering menjadi korban langsung dari konflik dan kekerasan,” ujarnya.
Kegiatan ini sejalan dengan prinsip-prinsip Women, Peace and Security (WPS) yang menekankan pentingnya partisipasi perempuan dalam proses perdamaian dan penyelesaian konflik, serta perlindungan terhadap perempuan dari segala bentuk kekerasan dalam situasi konflik.
Dengan mengadakan acara seperti ini, AMAN Indonesia melalui Peace Leader dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya peran perempuan dalam membangun perdamaian dan memperkuat jaringan perempuan untuk memfasilitasi partisipasi perempuan dalam proses perdamaian. ”Dengan demikian, diharapkan Indonesia dapat menjadi lebih inklusif dan berkelanjutan dalam membangun perdamaian dan menyelesaikan konflik,” pungkasnya.
Terakhir, Ketua Peace Leader Indonesia, Redy Saputra mengatakan bahwa saat ini bisa dilihat bahwa perempuan tidak memiliki ruang yang lebih luas untuk berbicara. ” Di saat yang bersamaan, angka kekerasan terhadap perempuan semakin tinggi sehingga kegiatan ini juga menjadi wadah bagi perempuan untuk mampu berekspresi dan menyuarakan isi pikiran mereka dalam bentuk karya buku,” pungkasnya.
Dalam agenda tersebut, hadir juga Suprihandoko, selaku Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kabupaten Jember. Hadir juga penulis buku Sinta Bella, Saras Dumasari, Sindi Dwi Yunika & Riki Yulius Kristian. Selain itu,