Tasikmalaya – Sebanyak 116 orang anggota Sekolah Perempuan Perdamaian (SPP) di empat desa ikuti kegiatan Sosialisasi Tentang Wawasan Kebangsaan dan Pencegahan Radikalisme, Sabtu (27 April 2024). empat desa tersebut adalah Desa Cipakat, Desa Malaganti, Desa Cikunten dan Desa Sukaasih. Agenda yang diselenggarakan itu menjadi tindaklanjut dari kegiatan percepatan agenda SPP pada bulan Ramadhan. Agenda yang menjadi kerjasama dengan Kesbangpol kabupaten Tasikmalaya diikuti juga oleh kader Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Dasawisma dan Posyandu.
Agenda tersebut dibuka oleh Presidium Sekolah Perempuan Perdamaian, An an Yulianti. Selain itu, Kepala Kesbangpol Kabupaten Tasikmalaya, Iwan Ridwan, S.IP. dalam sambutannya menyampaikan tentang apresiasi kepada Sekolah Perempuan Perdamaian yang dengan antusias sudah bisa hadir apalagi pada hari libur. Diungkap juga juga Kegiatan Sosialisasi sebagai percontohan Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya dalam keaktifan masyarakat dan pemerintahnya. Salah satunya aspek kesadaran berdemokrasi, kesadaran bermasyarakat.
”Termasuk kepeduliannya terhadap bagaimana rumah tangga dan kehidupan bermasyarakat itu bisa rukun. Apalagi melihat hal – hal yang sifatnya tidak pantas. Yang mana bangsa kita ini di berita medsos ini luar biasa sudah banyak tersebar tentang isu-isu Intoleransi, Radikalisme dan Ektrimisme. Sehingga peran ibu-ibu yang ada disini harus selalu hati-hati dan selalu peduli dengan kondisi saat ini,” terangnya.
Pada saat paparan, Piping Novianti dari Kesbangpol Kabupaten Tasikmalaya mengungkapkan isu Radikalisme, Ekstrimisme dan Intoleransi ini telah mewabah dimasyarakat baik secara langsung maupun melalui Medsos. Dimana berdasarkan Survei penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) Tahun 2019 berdasarkan sebarannya pengguna internet tertinggi adalah Jawa barat yaitu 35,1 Juta orang.
”Oleh karena itu ibu-ibu harus waspada dan peran ibu-ibu sangat penting sebagai kontroling pada aktivitas keluarga dan masyarakat. Terutama, untuk mendeteksi dan mereduksi paham radikalisme, Ekstrimisme, Intoleransi yang mengarah pada terorisme,” tegasnya.
Dalam kesempatan tersebut, hadir dua narasumber lainnya yaitu Aipda Kurniawan Eko dan Agus dari Densus 88. Terakhir, Koordinator Wilayah Jawa Barat, Ihah Solihah menegaskan ekstremisme kekerasan menjadi ancaman di masyarakat dan hal tersebut dirasakan oleh anggota Sekolah Perempuan. Adanya, sosialisasi tersebut untuk memperkuat dan menjawab kebutuhan yang dilakukan oleh anggota Sekolah Perempuan.
”Ke depan antara Sekolah Perempuan dan Pemerintah Daerah dalam hal ini Kesbangpol akan menggelar agenda bersama kembali untuk menjawab kebutuhan dan keresahan yang terjadi di masyarakat,” pungkasnya.