Purwokerto – The Asian Muslim Action Network (AMAN) Indonesia menggelar annual meeting. Sebelumnya, selama seminggu AMAN Indonesia telah menggelar konsultasi digital yang dilakukan secara online kepada sejumlah jaringan. Agenda annual meeting menjadi agenda tahunan AMAN Indonesia untuk merespon isu terkini dan sejumlah hal yang perlu dilakukan selama satu tahun ke depan.
Dalam agenda tersebut hadir tiga orang Board AMAN Indonesia sekaligus ahli yang memberikan pandangan terhadap sejumlah isu penting yang akan terjadi di masa depan. Diantaranya Yuni Chuzaifah, Maria Ulfah dan Siti Ruhaini. Ketiganya menyoroti situasi politik dan sosial. Yuni Chuzaifah menyoroti sejumlah isu penting di Indonesia, termasuk pelanggaran HAM, oligarki, militerisme, dan kekuasaan yang terkonsolidasi pada kelompok tertentu. Dia juga mencermati penurunan pemimpin yang melayani rakyat, serta fenomena kapitalisme dan feodalisme agama.
Isu-isu Penting di Masa Depan
Hal itu ditegaskan kembali oleh Maria Ulfah. Komisioner Komnas Perempuan tersebut melihat tantangan dalam konteks perempuan dan agama. Dirinya menekankan perlunya gerakan perlawanan yang terstruktur, edukasi politik pro-HAM dan kesetaraan gender, serta perhatian terhadap kebijakan pembangunan yang pro-HAM dan gender. Selain itu, dibahas juga dalam konteks global yaitu dampak kekerasan berbasis agama dan konflik global.
Terakhir, Siti Ruhaini membahas prediksi peningkatan kekerasan berbasis agama pasca-pemilu, masalah perlindungan bagi korban kekerasan berbasis agama, dan konflik global yang mempengaruhi ketidakamanan Indonesia. Dia menyoroti kompleksitas konflik di Palestina-Israel, konflik di wilayah Indo-Pasifik, serta perlunya Indonesia menjaga stabilitas internal dan respons terhadap potensi ancaman.
”Tantangan Indonesia dalam menjaga stabilitas internal dan respons terhadap dinamika global seperti perang Rusia-Ukraina, persaingan di wilayah Indo-Pasifik, dan ancaman terorisme. Pentingnya melakukan pendekatan bijaksana dan kesadaran masyarakat terhadap potensi ancaman,” tegas perempuan yang saat ini menjabat sebagai staf kepresidenan.
Kembali ke Khitoh Masyarakat Sipil
Dengan melihat sejumlah isu yang akan berkembang selama lima tahun ke depan dan konsultasi online yang dilakukan bersama dengan jaringan, Direktur AMAN Indonesia, Ruby Kholifah akan mengambil beberapa hal untuk menunjang gerakan Islam Progresif. ”AMAN Indonesia akan kembali ke khitoh masyarakat sipil sebagai watchdog. Dengan begitu, arah advokasi kebijakan pun berbeda,” terangnya.
Lima tahun ke depan, diungkap olehnya, AMAN Indonesia akan semakin membasis. Dengan membangun kesadaran kritis bagi perempuan dan kelompok termarginal, memfasilitasi kelompok masyarakat sipil untuk penguatan gerakan kolektif agar transparansi dan akuntabilitas dijalankan optimal oleh pemerintah. ”AMAN Indonesia akan mulai memperkuat pengetahuan tentang perlawanan masyarakat sipil non kekerasan dengan menggunakan pengalaman perempuan,” tegasnya.
Kemudian, arah advokasi akan fokus pada lima hal, yaitu memperbanyak penelitian, memperkuat basis masa dengan membangun critical thinking dan gerakan literasi, memperkuat kampanye kreatif, memperluas solidaritas dan aktif terlibat dalam persiapan pemilu 2029. Untuk menuju hal-hal tersebut, ada lima hal yang dilakukan.
Pertama, melakukan reviosioning Sekolah Perempuan Perdamaian. Saat ini, sebagai inkubator penguatan leadership perempuan di akar rumput. Kedua, Desa Damai Berkelanjutan. Saat ini, AMAN Indonesia telah melakukan kerjasama dengan pemerintah daerah untuk mengembangan ini. Ketiga, melakukan konsolidasi gerakan progresif, baik di Indonesia atau antar negara di luar negeri. Keempat visioning advokasi dengan membangun daya kritis masyarakat melalui media sebagai kanal penyaluran pikiran kritis. Kelima, revisioning media AMAN Indonesia,