Wonosobo – Di tengah keindahan pedesaan Desa Gemblengan, Kabupaten Wonosobo, sebuah inisiatif pendidikan dan pemberdayaan perempuan telah menarik perhatian. Sekolah Perempuan (SP) Sindoro Indah, sebuah lembaga pendidikan lokal yang berfokus pada pemberdayaan perempuan, telah mengadakan pertemuan yang berdampak besar bagi kelangsungkan SP dan desa.
Pertemuan yang digelar di rumah Istikomah, Minggu (10 Juli 2023). Pertemuan tersebut dihadiri oleh tiga orang pewakilan SP, termasuk Istikomah dan Imut, serta anggota lainnya. Pertemuan tersebut juga dihadiri oleh Manager Desain Monitoring dan Evaluasi (DME) The Asian Muslim Action Network (AMAN) Indonesia, Ghufron.
Maskur Hasan, Koordinator Wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta, memaparkan pentingnya pertemuan tersebut. ”Dalam pertemuan tersebut, anggota SP melakukan pembaruan keanggotaan untuk mengakomodasi perkembangan dan formulasi baru untuk SP ke depan. Selain itu, juga melakukan update terkait program kejar paket C yang merupakan salah satu fokus program SP, dengan pendanaan dari Desa,” terangnya
Dari perkembangan yang ada, anggota SP Sindoro Indah mendapat kesempatan untuk bergabung dalam keanggotaan Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Keputusan ini menjadi peluang bagi SP untuk memberikan kontribusi yang berarti dalam mewarnai kegiatan PKK. ”Hasil dari pertemuan singkat ini adalah Anggota SP akan rutin melakukan pertemuan setiap 36 hari sekali dan akan memberikan dukungan dan pendampingan di Desa Kayugiyang,” lanjutnya.
Tak hanya itu, kabar baik juga datang dari AMAN Indonesia yang telah bekerjasama dengan 10 desa di Wonosobo untuk implementasi SDGs Desa. ”Dalam upaya untuk membantu implementasi ini, SP Sindoro Indah sepakat untuk mengawal perkembangan Desa Kayugiyang, yang merupakan desa yang sangat dekat dengan lokasi sekolah. Dengan langkah ini, SP berharap dapat lebih terlibat dalam forum perempuan untuk musyawarah perencanaan pembangunan di tingkat desa,” pungkasnya.
Saat ini, Sekolah Perempuan Sindoro Indah menjadi contoh nyata menguatnya kesadaran kritis perempuan akan hak-hak perempuan, sehingga anggota SP mampu mengklaim hak-hak mereka. Sekini lebih aktif dan asertif mengkampanyekan relasi adil gender keluarga, menyebarkan ajaran dan nilai agama yang moderat, dan menyuarakan kebijakan yang ramah perempuan. Hal lainnya yang terlihat adalah militansi perempuan sebagai agen perdamaian (peacebuilder) untuk melindungi perempuan lainnya dan kelompok minoritas dari kekerasan.
Hal ini tidak terlepas dari transformasi perempuan korban (seperti konflik sosial di Poso) menjadi pembuat perubahan, yang mengambil peran kepemimpinan pasca konflik. Perjuangan SP Sindoro Indah ini juga menjadi cermin bagi komunitas lainnya tentang pentingnya mengakomodasi hak-hak perempuan dan memperjuangkan kesetaraan gender di semua aspek kehidupan. Dengan kerja sama yang kuat antara lembaga pendidikan dan lembaga masyarakat lainnya, dapat diharapkan masa depan yang lebih cerah bagi perempuan di desa-desa Indonesia.
AMAN Indonesia telah bekerja bersama 42 Sekolah Perempuan (SP) di tujuh provinsi di Indonesia. Yakni, Jawa Barat, Daerah Khusus Istimewa (DKI) Jakarta, Jawa Tengah, Yogyakarya, Jawa Timur, Sulawesi Tengah dan Nusa Tenggara Barat (NTB). Sampai saat ini, Sekolah Perempuan menjalin kerjasama dengan 33 lembaga atau komunitas yang memiliki visi sama untuk isu perempuan, toleransi dan perdamaian.