Ambon, sebuah Kota yang berada di Indonesia Timur. Kota tersebut memiliki suhu rata-rata sekitar 28°C dan curah hujan yang cukup tinggi sepanjang tahun. Kota ini terkenal dengan keindahan alamnya. Mulai pantai-pantai yang indah, gunung-gunung hijau, dan perbukitan yang menakjubkan. Ada banyak objek wisata yang dapat dikunjungi di kota ini, seperti Pantai Liang, Pantai Natsepa, Pantai Pintu Kota, dan banyak lagi.
Selain keindahan alamnya, Kota Ambon juga memiliki kekayaan budaya yang sangat kaya. Budaya ini tercermin dalam berbagai acara tradisional seperti perayaan Maluku Festival dan Festival Teluk Ambon. Di samping itu, kuliner khas Ambon juga terkenal dengan cita rasanya yang khas, seperti Nasi Lapola, Papeda, dan Sagu Kuah. Kota Ambon adalah sebuah kota yang sangat menarik untuk dikunjungi, dengan keindahan alamnya yang memukau, kekayaan budayanya yang khas, serta potensi ekonominya yang besar.
Namun, keindahkan alamat tersebut tersemat luka yang pernah terjadi di kota tersebut. Tepat di tahun 1999 hingga 2002, konflik tersebut terjadi. Bahkan, konflik tersebut masuk dalam catatan besar Indonesai sebagai salah satu peristiwa tragis dalam sejarah yang telah terjadi di Indonesia.
Sejumlah orang masih teringat dengan konflik tersebut. Konflik yang terjadi antara masyarakat Kristen dan Muslim di Kepulauan Maluku ini telah menimbulkan kerugian besar baik dari segi materi maupun korban jiwa. Ribuan orang tewas serta ratusan ribu orang terpaksa mengungsi. Kerusuhan juga dipicu oleh masalah sosial seperti kemiskinan, pengangguran, dan perbedaan politik.
Masyarakat Ambon yang terdiri dari berbagai agama dan etnis juga terlibat dalam upaya perdamaian dan rekonsiliasi. Mereka membentuk kelompok-kelompok dialog antar agama, mengadakan aksi damai, serta membangun kembali hubungan sosial yang sempat terganggu selama konflik. dalam konflik tersebut, peran perempuan menjadi sangat penting dalam memperjuangkan perdamaian di Ambon. Perempuan di Ambon melakukan berbagai aksi dan upaya untuk menghentikan kekerasan dan mengembalikan kedamaian di daerah tersebut.
Perempuan di Ambon membentuk berbagai kelompok dan organisasi yang berperan dalam mendorong perdamaian di daerah tersebut. Salah satu kelompok perempuan yang sangat aktif adalah Aliansi Perempuan Peduli Perdamaian (APPP), yang didirikan pada tahun 2001 oleh sekelompok perempuan Muslim dan Kristen. Kelompok ini bertujuan untuk membangun perdamaian dan mendorong dialog antar-agama.
Selain itu, perempuan di Ambon juga terlibat dalam dialog antaragama dan mengorganisir kegiatan bersama antar-etnis dan agama, seperti mengadakan acara pertemuan, dialog, seminar, dan kegiatan sosial bersama. Mereka juga mengunjungi daerah-daerah yang terkena konflik untuk memberikan bantuan dan membangun hubungan antar-etnis.
Ambon telah melakukan rekonsiliasi atas konflik yang pernah terjadi. 22 tahun berlalu, sejumlah masyarakat terus menjaga perdamaian di Ambon. Salah satunya dilakukan oleh Baihajar Tualeka. Perempuan yang biasa disapa Kak Bai menjadi salah satu penggerak perdamaian di Maluku. Bersama dengan lembaga yang dia dirikan,Lembaga Pemberdayaan Perempuan dan Anak (LAPPAN), Kak Bai terus bergerak menyemai damai di Ambon.
Untuk Ambon yang lebih baik, Kak Bai bersama dengan masyarakat sipil di Ambon disahkannya Rancangan Aksi Daerah (RAD) Perlindungan dan Pemberdayaan Perempuan dan Anak dalam Konflik Sosial (P3AKS). Walaupun konflik sudah selesai, tapi percikan-percikannya terus terjadi di Ambon.Tercatat, pada 2022 terjadi dua konflik Maluku Tengah terkait batas tanah dan Maluku Tenggara juga konflik batas tanah.
Kak Bai secara sadar, dua konflik tersebut bisa menjadi pemicu atas terjadinya konflik masa lalu. Dalam agenda yang diselenggarakan oleh The Asian Muslim Action Network (AMAN) Indonesia, Kak Bai secara tegas jika Ambon perlu segara mengesahkan RAD P3AKS. Melalui RAN P3AKS, pemerintah dan masyarakat sipil memiliki peran penting dalam menularkan nilai-nilai keberagaman, toleransi, dan kerukunan yang sangat penting dalam mencegah terjadinya konflik.
Bahkan, dengan RAN P3AKS masyarakat menyelesaikan konflik secara damai, seperti melalui dialog dan musyawarah antara para pihak yang terlibat.Dalam mengimplementasikan RAN P3AKS, pemerintah bekerja sama dengan berbagai pihak, seperti organisasi masyarakat sipil, agama, dan tokoh-tokoh masyarakat. Dan pemerintah Maluku, perlu menurunkan RAN P3AKS ke dalam RAD.
Melalui RAN P3AKS, masyarakat Indonesia diingatkan akan pentingnya menjaga kerukunan, keberagaman, dan toleransi antar-etnis, agama, dan budaya. Program ini juga menunjukkan bahwa dengan berbagai upaya dan kerjasama antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga-lembaga non-pemerintah, konflik sosial dapat diatasi dan tercipta masyarakat yang lebih harmonis dan damai di Indonesia. Oleh karena itu, RAN P3AKS dapat menjadi jalan keluar untuk mengatasi masalah konflik sosial di Indonesia.