Jakarta – AMAN Indonesia mengadakan acara Training of Trainer Modul Women Led Community Resilience pada 28-Februari-1 Maret 2023 di Jakarta. Acara ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas perempuan dalam memahami konsep ketahanan komunitas yang dipimpin oleh perempuan dari ideologi radikalisme dan ekstremisme berbasis kekerasan yang mengarah pada terorisme.
Dalam acara ini, AMAN Indonesia memberikan pelatihan kepada 21 perempuan fasilitator dari lima kota, yaitu Bogor, Bandung, Surakarta, Malang, dan Makassar dengan modul Women Led Community Resilience. Modul ini didasarkan pada pengalaman perempuan dan kerja AMAN Indonesia di komunitas. Modul ini menggunakan kerangka Women Peace and Security (WPS) dengan empat pilar, yaitu pencegahan, perlindungan, partisipasi, dan relief and recovery.
Setelah melalui pelatihan, para fasilitator diharapkan dapat memfasilitasi training Women Led Community di kotanya masing-masing. Dengan demikian, para peserta akan memahami tantangan serta isu terkait dengan violent extremism dan bagaimana membangun serta memperkuat komitmen untuk melakukan aktivitas non-kekerasan dan perdamaian dengan perspektif gender.
Modul Women Led Community Resilience ini sendiri dirancang untuk mendorong daya kritis dan kepekaan masyarakat, terutama perempuan, dalam mengenali berbagai modus dari ideologisasi ekstremisme berbasis kekerasan. Sehingga masyarakat, khususnya perempuan, akan memiliki keterampilan untuk deteksi dini dengan metode yang sudah dirancang berbasis pengalaman masyarakat.
Dengan banyaknya perempuan fasilitator, AMAN Indonesia berharap semakin banyak perempuan yang menjadi pemimpin dalam memperkuat ketahanan masyarakat dari radikalisme dan ekstremisme berbasis kekerasan yang mengarah pada terorisme. AMAN Indonesia juga mengundang para ahli untuk memberikan masukan baik substansi maupun metodologi dalam modul ini.
Para fasilitator akan belajar selama tiga hari dan diharapkan dapat menjadi agen perubahan yang mampu menginspirasi masyarakat di kotanya masing-masing. Melalui training ini, AMAN Indonesia berharap perempuan dapat memainkan peran penting dalam membangun ketahanan komunitas dari ancaman radikalisme dan ekstremisme kekerasan.
Di saat yang bersamaan, Direktur AMAN Indonesia, Ruby Kholifah mengatakan, Pemberdayaan ekonomi yang snagat lazim dan banyak dipakai pemerintah dan agensi-agensi lainnya. ”Memang sebagian dari ibu-ibu sebagian tidak bekerja langsung di arena ekstremismenya, tetapi saya yakin ibu-ibu bekerja di wilayah condition to condusive. Teorinya adalah kalau resiliensi di masyarakat kuat, maka kita bisa menangkah kelompok ekstremis dan radikal di kampung kita,” terangnya.
Jadi, lanjutnya, melawan radikalisme adalah kuatkan kampung kita agar smeua elemen mau dan secara pro-aktif menjadi bagian di dalam kerja bareng membangun resiliensi. Di sisi lain, salah satu peserta pelatihan, Pendeta Obertina menjelaskan jika dalam beberapa tahun yang lalu, gerejanya pernah ditutup dan dirusak. ”Bagaimana saya membangun resilienci? Saya mengajak bahwa yang merusak bukan yang beragama Islam tetapi kelompok yang intoleran. Tindak kekerasan itu bisa dilakukan oleh setiap orang, tidak hanya islam,” terangnya.
Dari pengalamannya, lanjutnya, perempuan lebih banyak mendukung kepada kehidupan. ”Teman-teman laki-laki mudah tersulut sementara perempuan itu mau melakukannya dan menyisir layernya pelan-pelan,” pungkasnya.