Dewasa ini, tantangan bangsa Indonesia dalam memperkuat keutuhan NKRI semakin besar. Sebaran narasi kebencian atau intoleran cukup masif di sosial media, dimana akan sangat berpengaruh pada pola pikir dan sikap masyarakat. Dari level keluarga, lembaga pendidikan, bahkan negara. Namun, seringkali dalam praktiknya, keluarga atau orang tua justru memasrahkan pihak sekolah untuk mengedukasi anak terkait nilai-nilai persatuan atau Pancasila. Begitupun peran negara selain membentuk kebijakan, juga diejawantahkan melalui program sekolah.
Upaya penguatan nilai-nilai Pancasila mulai masif dilakukan dalam berbagai kegiatan di sekolah. Misalnya, yang baru-baru ini diberlakukan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud) ialah Kurikulum Merdeka berupa P5 (Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila). Dalam mengimplementasikan program tersebut, pihak sekolah atau guru-guru mendapati berbagai tantangan tersendiri.
Salah satunya ialah bagaimana metode atau pendekatan yang diterapkan agar siswa dapat mengikuti prosesnya dengan menyenangkan. Hal itu adalah Peace Goes to School, sebuah program unggulan yang digagas Peace Leader Indonesia. Pada 15 Desember 2022 kemarin, puncak dari Peace Goes to School berhasil diselenggarakan. Sebelumnya, rangkaian kegiatan ini telah dilaksanakan pada bulan Agustus dan Oktober di SMP Widya Wiyata, Sidoarjo. Agenda tersebut Agenda Dihadiri oleh ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS), Nuryadi.
“Banyak guru yang masih perlu beradaptasi untuk menjalankan Kurikulum Merdeka yang saat ini sedang digaungkan pemerintah. Dengan keberhasilan SMP Widya Wiyata melalui Peace Goes to School ini, bisa menjadi role model untuk sekolah-sekolah lainnya, termasuk sekolah yang sekarang saya pimpin,” ujar Pak Nuryadi yang juga selaku kepala sekolah SMP Wahid Hasyim, Kamis (16 Desember 2022)
Keberhasilan Peace Goes to School juga datang dari kesamaan prinsip, serta visi dan misi sekolah maupun komunitas. Hal tersebut diungkap oleh Kepala Sekolah SMP Widya Wiyata, Inayah Sri Wardhani. “Inklusivitas sudah lama menjadi fokus utama metode pembelajaran di SMP Widya Wiyata. Tidak hanya terkait sikap menerima orang dengan latar belakang yang berbeda, tetapi juga orang yang berkebutuhan khusus,” terangnya.
Terakhir, Kordinatoor Program Peace Leader Indonesia, Nur Kholifah menerangkan jika Peace Goes to School mendorong siswa untuk berinteraksi, mengasah critical thinking, dan mengeksplorasi wawasan siswa. Tidak merujuk hanya pada buku atau teori, melainkan hasil pengamatan, berpikir kritis, dan pengalaman siswa sendiri.
”Pendekatan yang fokus pada keaktifan siswa selama mengikuti proses pembelajaran, secara tidak langsung menciptakan ruang aman bagi siswa untuk berani berbicara dan berkarya,” terangnya.
Dalam agenda peace goes to school, seluruh siswa kelas tujuh dan delapan menceritakan tentang perdamaian, pentingnya menjaga persatuan, menerima keberagaman, dan upaya mencegah terjadinya kekerasan atau bullying. Serta berita hoaks lewat berbagai media, seperti komik, cerpen, poster, film pendek dan masih banyak lagi.