Poso – Pelatihan Perempuan Mediator Perdamaian telah berhasil menghasilkan sejumlah capaian signifikan dalam upaya membangun perdamaian di Kabupaten Poso. Agenda yang diselenggarakan di Hotel Otanaha Poso pada 17-20 September 2024 diikuti oleh 19 peserta dari berbagai latar belakang agama dan organisasi ini bertujuan untuk memperkuat peran perempuan sebagai agen perdamaian di masyarakat.
Co-Manager Jaringan AMAN Indonesia, Yeni Lutfiana menyampaikan bahwa pelatihan ini telah mencapai tiga hasil utama. “Pertama, peserta telah memperoleh pengetahuan dan keterampilan terkait Reflective Structured Dialogue (RSD) yang dapat mereka terapkan dalam upaya membangun perdamaian di komunitas masing-masing,” ujarnya.
Lebih lanjut, Yeni menjelaskan capaian kedua, yaitu Para peserta telah berhasil menyusun rencana tindak lanjut yang sesuai dengan kebutuhan komunitas mereka. Rencana ini mencakup berbagai kelompok seperti Fasda DRPPA Kabupaten Poso, Relawan SAPA Desa Masani dan Desa Sepe, Sekolah Perempuan Perdamaian Poso, serta Komunitas LPMS Poso.
”Yang tak kalah pentingnya, pelatihan ini telah membuka ruang perjumpaan bagi para perempuan mediator yang juga merupakan penyintas konflik di Poso. Ini sangat penting untuk memperkuat kohesi sosial di antara peserta,” terangnya.
Yeni menekankan bahwa komposisi peserta yang seimbang antara Muslim dan Kristen telah memberikan dampak positif yang tak terduga. ”Beberapa peserta yang sebelumnya belum saling mengenal dan memiliki prasangka, kini telah membuka diri dan berjanji untuk bekerjasama di masa depan. Ini adalah langkah awal yang sangat baik dalam membangun kepercayaan lintas komunitas,” jelasnya.
Meskipun demikian, Yeni mengakui adanya tantangan dalam proses pelatihan. Sebagian peserta awalnya ragu untuk membicarakan konflik masa lalu secara terbuka. Namun, melalui pendekatan RSD, kami berhasil menciptakan ruang yang aman bagi mereka untuk mulai membuka diri.
Menutup wawancara, Yeni menyampaikan harapannya, ”Kami optimis bahwa para perempuan mediator perdamaian ini akan menjadi ujung tombak dalam membangun dan menjaga perdamaian di Poso. Mereka kini memiliki alat dan keterampilan untuk mengatasi potensi konflik di masyarakat dengan cara yang lebih terstruktur dan reflektif,” ucapnya.
Pelatihan yang didukung oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) serta Pemerintah Kabupaten Poso ini diharapkan dapat menjadi model bagi upaya-upaya serupa di daerah lain di Indonesia yang membutuhkan penguatan kapasitas perempuan dalam memediasi dan membangun perdamaian.